SEJARAH BUDI UTOMO DAN TERBENTUK PARTAI
Sejarah Budi Utomo
Organisasi
Budi Utomo lahir pada tanggal 20 Mei 1908 dan menjadi tonggak permulaan
pergerakan nasional di Indonesia. Pada awal berdirinya, organisasi Budi Utomo
hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial budaya. Organisasi ini
mendirikan sejumlah sekolah yang bernama Budi Utomo dengan tujuan berusaha
memelihara serta memajukan kebudayaan Jawa. Anggota Budi Utomo terdiri dari
kalangan atas suku Jawa dan Madura.
Budi Utomo
memiliki sejumlah tokoh penting, antara lain: Dr. Sutomo, Dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Gunawan Mangunkusumo. Sejak tahun 1915 organisasi Budi Utomo
bergerak di bidang politik. Gerakan nasionalisme Budi Utomo yang berciri
politik dilatari oleh berlangsungnya Perang Dunia I. Peristiwa Perang Dunia I
mendorong pemerintah kolonial Hindia-Belanda memberlakukan milisi bumiputera,
yaitu wajib militer bagi warga pribumi.
Dalam
perjuangannya di bidang politik, Budi Utomo memberi syarat untuk pemberlakuan
wajib militer tersebut. Syarat tersebut adalah harus dibentuk terlebih dulu
sebuah lembaga perwakilan rakyat (Volksraad). Usul Budi Utomo disetujui oleh
Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum sehingga terbentuk Volksraad pada tanggal
18 Mei 1918. Di dalam lembaga Volksraad terdapat perwakilan organisasi Budi
Utomo, yaitu Suratmo Suryokusomo.
Menyadari
arti penting manfaat organisasi pergerakan bagi rakyat, maka pada tahun 1920
organisasi Budi Utomo membuka diri untuk menerima anggota dari kalangan
masyarakat biasa. Dengan bergabungnya masyarakat luas dalam organisasi Budi Utomo,
hal ini menjadikan organisasi tersebut berfungsi menjadi pergerakan rakyat.
Kondisi ini dibuktikan dengan adanya pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut
kehidupan yang lebih baik.
Sejak tahun
1930 Budi Utomo membuka keanggotaannya untuk semua bangsa Indonesia. Dalam
bidang politik, Budi Utomo memiliki cita-cita untuk mewujudkan Indonesia
merdeka. Dengan demikian, Budi Utomo telah berkembang menjadi sebuah organisasi
dengan sifat dan tujuan nasionalisme.
Kongres
Pertama Boedi Utomo
Untuk mencapai
tujuan tersebut, pada tahun 1935 Budi Utomo menggabungkan diri dengan Partai
Bangsa Indonesia (PBI) yang didirikan oleh Dr. Sutomo. Hasil peleburan Budi
Utomo dan PBI adalah Partai Indonesia Raya (Parindra) yang diketuai oleh Dr.
Sutomo.
- Follow
Us
Pelopor Kebangkitan Nasional: Budi Utomo atau Jamiat Kheir?
Muhib
Al-Majdi Selasa, 11 Rajab 1434 H / 21 Mei 2013 07:07
Ilustrasi
(Arrahmah.com)
– Setiap peringatan hari kebangkitan nasional, bangsa Indonesia menyisakan
perdebatan klasik soal organisasi mana yang paling layak dianggap sebagai
pelopor kebangkitan itu. Ada dua kutub utama yang muncul sebagai pemicu tonggak
semangat kemerdekaan Indonesia tersebut, yaitu Budi Utomo dan Sarekat Islam.Dalam pemahaman yang berkembang selama ini, kelahiran Budi Utomo pada 1908 menjadi tonggak sejarah nasional Indonesia. Budi Utomo yang didirikan oleh Soetomo dan para mahasiswa Stovia memberikan kontribusi dalam gerakan nasionalnya. Namun sejumlah pihak mempertanyakan organisasi yang berasal dari kaum priyayi ini, karena dianggap tidak sepenuhnya memperjuangkan kaum pribumi. Pihak tersebut menyatakan bahwa Budi Utomo bukanlah gerakan pertama yang mempelopori kebangkitan nasional, melainkan Sarekat Islam yang berdiri sejak 1911. Dalam persoalan pembebasan dan emansipasi, Budi Utomo melibatkan kalangan priyayi di Jawa dan Madura sedangkan Sarekat Islam memperjuangkan emasipasi hak-hak politik dan partisipasi politik rakyat secara luas.
Jika ditelusuri kembali sejarah berdirinya Budi Utomo, organisasi ini berdiri sebagai kebijakan balance of power dari pemerintah kolonial Belanda. Organisasi ini didirikan untuk mengimbangi gerakan kebangkitan pendidikan Islam yang dipelopori oleh Jamiat Kheir yang didirikan pada tahun 1901 di Jakarta, dengan proses yang berliku-liku baru mendapat pengesahan tanggal 17 Juli 1905. Organisasi modern pertama di Indonesia ini didirikan oleh elit Hadrami dan bangsawan Arab dari keluarga Sayyid bin Syahab dan al-Masyhur.
Diawali pada tahun 1898, beberapa tokoh dari kalangan masyarakat Arab sepakat untuk membuat suatu perkumpulan yang bertujuan membantu kondisi sosial masyarakat Arab. Berulangkali para tokoh masyarakat Arab mengadakan rapat untuk mewujudkan cita-cita mereka membantu kondisi sosial masyarakat muslim dan rencana mendirikan lembaga pendidikan Islam modern, yang merupakan semangat penolakan mereka terhadap kebijaksanaan kependidikan yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda. Cita-cita tersebut sesuai pula dengan gagasan mufti Betawi sayid Usman bin Abdullah bin Yahya agar ummat Islam membangun suatu lembaga pendidikan agama untuk menangkal kristenisasi melalui sekolah-sekolah negeri.
Pada tahun 1901 sebagai langkah permulaan beberapa tokoh masyarakat Arab berinisiatif mendirikan sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial pendidikan berdasarkan Islam, yang diberi nama Jamiat Kheir. Pada mulanya organisasi ini dimaksudkan sebagai wadah kerjasama dan perlindungan, tapi mencerminkan pula sentimen keagamaan yang kuat dari pendiri-pendirinya, yang selalu siap memberi bantuan pada tiap organisasi dan pergerakan yang condong pada Islam. Karena anggota dan pemimpin organisasi ini pada umumnya terdiri dari orang-orang yang berada, maka mereka dapat menggunakan sebagian besar waktunya untuk perkembangan organisasi tanpa merugikan usaha mereka untuk pencaharian nafkah. Mungkin hal ini pulalah yang menjadi salah satu penyebab utama yang menunjang kemajuan dan perkembangan Jamiat Kheir.
Banyak tulisan-tulisan anggota Jamiat Kheir tentang pergerakan Islam di Indonesia, juga tentang apa yang mereka anggap sebagai penindasan pemerintah Hindia Belanda terhadap penduduk muslim Indonesia. Tulisan-tulisan ini dimuat dalam surat kabar dan majalah di Istanbul, Syria dan Mesir, diantaranya dalam majalah al-Manar. Karena publikasi Jamiat Kheir cukup luas, maka intimidasi yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda sampai juga ke telinga dunia internasional dan mendapat cukup perhatian dari mereka. Salah satu diantaranya adalah dari pemerintahan Usmani di Turki. Pemerintah Usmani Turki kemudian mengirimkan utusannya ke Batavia, yaitu Abdul Aziz al-Musawi dan Galib Beik. Disebutkan bahwa tujuan kedatangan mereka untuk menyelidiki keadaan kaum muslim di Indonesia.
Dapat dikatakan upaya penyelidikan ini sedikit banyak dipengaruhi juga oleh berita-berita anggota-anggota Jamiat Kheir yang dikirim ke Turki. Namun kedua konsul ini juga mendapatkan tekanan dan intimidasi dari pemerintah Hindia Belanda. Tekanan dan intimidasi dari pemerintahan Hindia Belanda kepada Jamiat Kheir menyebabkan semakin eratnya hubungan persaudaraan antara masyarakat Arab dan masyarakat pribumi Indonesia. Hal ini membuat Belanda menjadi semakin takut dan cemas, apalagi Jamiat Kheir merupakan penghubung antara bangsa Indonesia dengan pemerintah Usmaniyah di Turki yang sangat simpati dengan perjuangan kemerdekaan di Indonesia.
Untuk mengantisipasi dan mengimbangi jiwa nasionalisme Jamiat Kheir, maka atas inisiatif Bupati Serang yang juga anggota organisasi Jamiat Kheir, Ahmad Djajadiningrat, dibangunlah sebuah organisasi imbangan yang juga berada di Batavia. Organisasi tersebut harus dipimpin pula oleh bangsawan karena murid-murid Jamiat Kheir pun ada yang dari kalangan bangsawan Jawa, antara lain Ahmad Dahlan yang kelak menjadi pendiri Muhammadiyah. Hal ini sejalan dengan dugaan Haji Agus Salim yang menyatakan bahwa banyak anggota Budi Utomo sebelumnya adalah anggota Jamiat Kheir.
Adapun nama organisasi tandingannya, menurut Ahmad Djajadiningrat harus sama pula seperti Jamiat Kheir. Untuk itu dipilihlah nama Budi Utomo. Nama ini sebagai pengalihbahasaan dari bahasa Arab ke bahasa Jawa. Jamiat Kheir mempunyai arti ‘perkumpulan yang baik’, kemudian jika diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa menjadi Budi Utomo. Akan tetapi terdapat perbedaan yang mendasar di antara keduanya, jika Jamiat Kheir lebih mengutamakan amal saleh menurut ajaran Islam, Budi Utomo juga mengutamakan laku utama menurut ajaran Jawa.
Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya ‘Api Sejarah’ halaman 346 menulis : ‘apabila Jamiat Kheir mengimani manusia sebagai ciptaan Allah, Sutomo mempercayai manusia sebagai penjelmaan akhir Tuhan. Bila Jamiat Kheir menganjurkan sholat, sebaliknya Sutomo sebagai pendiri Budi Utomo mempercayai dirinya sebagai penjelmaan terakhir dari Tuhan, sesuai ajaran agama Jawa mengajarkan manusia tidak perlu mendirikan shalat’.
Begitu pula dengan berdirinya Sarekat Islam, di mana pendirinya Haji Samanhudi terpengaruh dan terinspirasi oleh jiwa nasionalisme keturunan Arab yang tergabung dalam Jamiat Kheir, membentuk organisasi Sarikat Dagang Islam yang kemudian hari menjadi Sarikat Islam. Peran Jamiat Kheir membantu Sarikat Islam dalam membangkitan perlawanan ekonomi terhadap Cina dibuktikan dengan banyaknya anggota Jamiat Kheir yang menjadi pengurus dan anggota Sarikat Islam.
Robert Van Niel dalam bukunya ‘The Emergence of the Modern Indonesia Elite’ menuliskan bahwa banyak anggota Sarikat Islam sebelum itu adalah anggota Jamiat Kheir. Sekalipun dalam resolusi tahun 1911 diputuskan untuk tidak lagi menerima yang bukan orang Indonesia asli sebagai anggota, tetapi banyak orang Arab tetap menjadi anggota atau aktif bekerja bersama Sarikat Islam. Di Jakarta, begitu hebat membanjirnya pendaftaran anggota Sarikat Islam sehingga pada bulan Maret 1913, untuk sementara penerimaan anggota baru harus dihentikan. Hal ini dimaksudkan agar administrasi tidak menjadi kacau.
Dalam kalangan Sarikat Islam terdapat perhatian yang besar untuk kegiatan pendidikan yang diusahakan oleh Jamiat Kheir. Pada tahun 1913, Jamiat Kheir sering dijadikan tempat rapat-rapat Sarikat Islam di Batavia. Di antara pengurusnya ialah Abdullah bin Husein Alaydrus salah satu pengurus Jamiat Kheir. Dalam kepengurusan Sarikat Islam, ia duduk sebagai ketua dan merupakan donatur utama.
Di luar Jakarta, di distrik Jatinegara dan Kebayoran dalam waktu yang singkat ribuan orang mendaftarkan diri sebagai anggota. Perkembangan yang paling dahsyat dilaporkan dari cabang Tangerang, di sini keanggotaan meningkat dalam waktu sebulan menjadi sepuluh ribu orang. Di Tangerang, ketua Sarikat Islam di pegang oleh sayid Usman al-Saqqaf dan sayid Abdurrahman al-Syatri sebagai komisioner.
Keikutsertaan anggota Jamiat Kheir menunjukkan dukungan masyarakat Arab pada Sarikat Islam. Di antaranya Ali bin Abdurrahman al-Habsyi, seorang ulama terkemuka di Batavia, Ahmad bin Muhammad al-Musawa di Surabaya, Hasan Ali Surati, seorang keturunan Arab yang lama tinggal di Surat India dan pedagang yang memainkan peranan penting di belakang layar dalam kegiatan Sarikat Islam. Menurut Rinkes, (penasehat pemerintah Belanda terhadap masalah-masalah keislaman), pendirian Sarikat Islam dipengaruhi oleh ketergantungan keuangannya pada golongan-golongan Arab yang mampu di Surabaya. Bahkan menurut Korver, HOS Cokroaminoto seorang yang sangat bergantung pada beberapa orang Arab terkemuka di Surabaya.
Dalam laporan rahasia tentang kongres Sarikat Islam di Surabaya pada bulan Juli 1915 dari Dr. Hazeu dikatakan bahwa ‘pengaruh Arab atas perkumpulan ini, atau lebih tepat atas pengurus besarnya tampaknya juga cukup meningkat’. Selama kongres itu, di antara orang yang sangat menonjol peranannya menurut Dr. Hazeu adalah Hasan bin Semith, seorang keturunan Arab. Hasan bin Semith ditempatkan pula dalam comisaris centraal Sarikat Islam tahun 1915.
Di bidang jurnalistik, perjuangan Jamiat Kheir ditandai dengan diterbitkannya surat kabar Oetoesan Hindia dengan HOS Cokroaminoto sebagai pemimpin redaksi, dan juga membiayai berdirinya surat kabar Medan Priyai yang dipimpin oleh Raden Mas Tirtoadisuryo, di samping melakukan korespondensi dengan surat-surat kabar dan majalah-majalah di luar negeri seperti di Istambul Turki yang banyak memuat berita-berita dan gerakan-gerakan Islam di Indonesia. Misalnya majalah al-Manar memperoleh informasi mengenai gerakan-gerakan Islam di Indonesia dari perkumpulan Jamiat Kheir. Tidak heran jika pemerintah kolonial Belanda mengawasi dengan ketat aktivitas perkumpulan itu.
Jamiat Kheir telah menunjukkan perlawanan kepada pemerintah melalui artikel-artikel para anggotanya pada harian di luar negeri khususnya negara-negara Arab. Kedatangan utusan Turki menunjukkan bahwa Jamiat Kheir sebagai perkumpulan yang didirikan oleh keturunan Arab memang menjalin hubungan dengan kekhalifahan Turki. Hal ini menunjukkan pula bahaya Pan Islamisme dari Jamiat Kheir di mata pemerintah. Perkumpulan Jamiat Kheir ini dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial Belanda, karena pengaruhnya dapat membangkitkan semangat Islam, semangat jihad fisabilillah di kalangan kaum muslimin Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan penekanan-penekanan terhadap anggota Jamiat Kheir. Pada tahun 1917 dilakukan penangkapan dan interogasi terhadap tokoh Jamiat Kheir dan beberapa diantaranya kemudian dipenjarakan.
Pada akhirnya di tahun 1918 pemerintah memutuskan bahwa Jamiat Kheir sebagai organisasi yang didirikan oleh warga Timur Asing dilarang terlibat dalam kegiatan organisasi warga Indonesia. Dan ditekankan bahwa izin berdiri Jamiat Kheir dapat dicabut sewaktu-waktu. Menyadari kecurigaan pemerintahan terhadap perkumpulan dan penekanan-penekanannya, Jamiat Kheir kemudian mengambil strategi untuk kembali dalam Anggaran Dasarnya, khususnya dalam masalah pendidikan. Karena Jamiat Kheir sebagai perkumpulan sosial telah dicurigai pemerintah akibat kegiatan politiknya, maka pada tanggal 17 Oktober 1919 dilakukan perubahan bentuk perkumpulan menjadi yayasan pendidikan. Pada tanggal tersebut Jamiat Kheir berubah menjadi Yayasan Pendidikan Jamiat Kheir berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan School Djameat Geir, tertanggal 17 Oktober 1919 yang dimuat dalam akta nomor 143 notaris Jan Willem Roeloffs Valk di Jakarta. Sejak saat itu kegiatan Jamiat Kheir dilakukan melalui wadah Yayasan Pendidikan Jamiat Kheir.
Melihat peran dan kiprah Jamiat Kheir dalam gerakan kebangkitan kesadaran nasional Indonesia, mengapa kabinet Hatta (1948-1949) menetapkan Budi Utomo sebagai pelopor kebangkitan nasional, padahal jelas-jelas organisasi tersebut menolak pelaksanaan cita-cita persatuan Indonesia dengan menolak sistem penerimaan keanggotaan yang tidak terbatas dari bangsawan Jawa semata, dan mengekalkan serta menguatkan agama Jawa. Bahkan Budi Utomo melalui medianya Djawa Hisworo mengangkat artikel yang menghina Rasulullah saw. Mengapa bukan Jamiat Kheir yang dijadikan tonggak sebagai pelopor kebangkitan kesadaran nasional Indonesia, yang secara faktual telah berjuang di hampir semua bidang, baik pendidikan, politik, ekonomi, dan jurnalistik. Apakah karena mereka beragama Islam dan berkewarganegaraan Timur Asing ?
Referensi:
1. Al-Gadri, Hamid, Dutch Policy Against Islam and Indonesians of Arab Descent in Indonesia, Jakarta, LP3ES, 1994.
2. Al-Masyhur, Idrus Alwi, Jamiat Kheir Mengangkat Martabat Bangsa, Jakarta, al-Mustarsyidin, 2006.
3. Kesheh , Natalie Mobini, The Hadrami Awakening, Community and Identity in The Netherlands East Indies 1900-1942, New York, Southeast Asia Program Cornell University, 1999.
4. Korver, APE, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil ?, Jakarta, Grafitipers, 1985.
5. Robert Van Niel, The Emergence of the Modern Indonesia Elite, DenHaag, Van Hoeve, 1960.
6. Simbolon, Parakitri T, Menjadi Indonesia, Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2006.
7. Suryanegara, Ahmad Mansur, Api Sejarah, Bandung, Salamadani Pustaka Semesta, 2009.
Oleh:
Benmashoor
17 Mei 2010 M
(benmashoor.wordpress.com/arrahmah.com)
Sebarkan!
Raih amal shalih, sebarkan informasi ini...
Sejarah Organisasi
Pergerakan Nasional Budi Utomo
Budi Utomo (Boedi
Oetomo) adalah sebuah organisasi pergerakan nasional yang paling berpengaruh di
Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh sejumlah
mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti
Soetomo, Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T Ario Tirtokusumo. Tanggal
berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, sampai sekarang diperingati sebagai Hari
Kebangkitan Nasional kerena organisasi ini dianggap sebagai organisasi
kebangsaan yang pertama.
dr. Wahidin Sudirohusodo
Berdirinya Budi Utomo tak bisa lepas dari peran dr. Wahidin Sudirohusodo, walaupun bukan pendiri Budi Utomo, namun beliaulah yang telah menginspirasi Sutomo dan kawan-kawan untuk mendirikan organisasi pergerakan nasional ini. Wahidin Sudirohusodo sendiri adalah seorang alumni STOVIA yang sering berkeliling di kota-kota besar di Pulau Jawa untuk mengkampanyekan gagasannya mengenai bantuan dana bagi pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah. Gagasan ini akhirnya beliau kemukakan kepada pelajar-pelajar STOVIA di Jakarta, dan ternyata mereka menyambut baik gagasan mengenai organisasi pendidikan tersebut.
Pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908, dihadapan beberapa mahasiswa STOVIA, Sutomo mendeklarasikan berdirinya organisasi Budi Utomo. Tujuan yang hendak dicapai dari pendirian organisasi Budi Utomo tersebut antara lain:
- Memajukan pengajaran.
- Memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan.
- Memajukan teknik dan industri.
- Menghidupkan kembali kebudayaan.
Pada tanggal 3-5
Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Kota
Yogyakarta. Hingga diadakannya kongres yang pertama ini, BU telah memiliki
tujuh cabang di beberapa kota, yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang,
Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Pada kongres di Yogyakarta ini, diangkatlah
Raden Adipati Tirtokoesoemo (mantan bupati Karanganyar) sebagai presiden Budi
Utomo yang pertama. Semenjak dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak
anggota baru BU yang bergabung dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial, sehingga
banyak anggota muda yang memilih untuk menyingkir.
Suasana kongres pertama Budi
Utomo
Dibawah kepengurusan "generasi tua", kegiatan Budi Utomo yang awalnya terpusat di bidang pendidikan, sosial, dan budaya, akhirnya mulai bergeser di bidang politik. Strategi perjuangan BU juga ikut berubah dari yang awalnya sangat menonjolkan sifat protonasionalisme menjadi lebih kooperatif dengan pemerintah kolonial belanda.
Pada tahun 1928, Budi Utomo masuk menjadi anggota PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia), suatu federasi partai-partai politik Indonesia yang terbentuk atas prakarsa PNI Sukarno.
Jika dilihat dari keanggotaannya, Budi Utomo sebenarnya adalah sebuah perkumpulan kedaerahan Jawa. Namun sejak konggres di Batavia tahun 1931, keanggotaan Budi Utomo dibuka untuk semua orang Indonesia. Budi Utomo juga membuktikan diri sebagai sebuah organisasi yang bersifat nasional dengan cara bergabung di PBI (Persatuan Bangsa Indonesia). Penggabungan inilah yang kemudian membentuk sebuah organisasi baru bernama PARINDRA (Partai Indonesia Raya).
Meskipun pada masanya Budi Utomo tidak memiliki pamor seterang organisasi-organisasi pergerakan nasional lain seperti Sarekat Islam (SI) atau Indiche Partij (IP). Namun BU tetap memiliki andil yang besar dalam perjuangan pergerakan nasional karena telah menjadi pelopor organisasi kebangsaan. Itulah mengapa hari kelahiran Budi Utomo, 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Sejarah Organisasi
Pergerakan Nasional Budi Utomo
Budi Utomo (Boedi
Oetomo) adalah sebuah organisasi pergerakan nasional yang paling berpengaruh di
Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh sejumlah
mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti
Soetomo, Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T Ario Tirtokusumo. Tanggal
berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, sampai sekarang diperingati sebagai Hari
Kebangkitan Nasional kerena organisasi ini dianggap sebagai organisasi
kebangsaan yang pertama.
dr. Wahidin Sudirohusodo
Berdirinya Budi Utomo tak bisa lepas dari peran dr. Wahidin Sudirohusodo, walaupun bukan pendiri Budi Utomo, namun beliaulah yang telah menginspirasi Sutomo dan kawan-kawan untuk mendirikan organisasi pergerakan nasional ini. Wahidin Sudirohusodo sendiri adalah seorang alumni STOVIA yang sering berkeliling di kota-kota besar di Pulau Jawa untuk mengkampanyekan gagasannya mengenai bantuan dana bagi pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah. Gagasan ini akhirnya beliau kemukakan kepada pelajar-pelajar STOVIA di Jakarta, dan ternyata mereka menyambut baik gagasan mengenai organisasi pendidikan tersebut.
Pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908, dihadapan beberapa mahasiswa STOVIA, Sutomo mendeklarasikan berdirinya organisasi Budi Utomo. Tujuan yang hendak dicapai dari pendirian organisasi Budi Utomo tersebut antara lain:
- Memajukan pengajaran.
- Memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan.
- Memajukan teknik dan industri.
- Menghidupkan kembali kebudayaan.
Pada tanggal 3-5
Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Kota
Yogyakarta. Hingga diadakannya kongres yang pertama ini, BU telah memiliki
tujuh cabang di beberapa kota, yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang,
Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Pada kongres di Yogyakarta ini, diangkatlah
Raden Adipati Tirtokoesoemo (mantan bupati Karanganyar) sebagai presiden Budi
Utomo yang pertama. Semenjak dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak
anggota baru BU yang bergabung dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial,
sehingga banyak anggota muda yang memilih untuk menyingkir.
Suasana kongres pertama Budi
Utomo
Dibawah kepengurusan "generasi tua", kegiatan Budi Utomo yang awalnya terpusat di bidang pendidikan, sosial, dan budaya, akhirnya mulai bergeser di bidang politik. Strategi perjuangan BU juga ikut berubah dari yang awalnya sangat menonjolkan sifat protonasionalisme menjadi lebih kooperatif dengan pemerintah kolonial belanda.
Pada tahun 1928, Budi Utomo masuk menjadi anggota PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia), suatu federasi partai-partai politik Indonesia yang terbentuk atas prakarsa PNI Sukarno.
Jika dilihat dari keanggotaannya, Budi Utomo sebenarnya adalah sebuah perkumpulan kedaerahan Jawa. Namun sejak konggres di Batavia tahun 1931, keanggotaan Budi Utomo dibuka untuk semua orang Indonesia. Budi Utomo juga membuktikan diri sebagai sebuah organisasi yang bersifat nasional dengan cara bergabung di PBI (Persatuan Bangsa Indonesia). Penggabungan inilah yang kemudian membentuk sebuah organisasi baru bernama PARINDRA (Partai Indonesia Raya).
Meskipun pada masanya Budi Utomo tidak memiliki pamor seterang organisasi-organisasi pergerakan nasional lain seperti Sarekat Islam (SI) atau Indiche Partij (IP). Namun BU tetap memiliki andil yang besar dalam perjuangan pergerakan nasional karena telah menjadi pelopor organisasi kebangsaan. Itulah mengapa hari kelahiran Budi Utomo, 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
SYARIKAT ISLAM
Selasa, 08 November 2011
VISI,MISI
DAN FORMAT POLITIK ISLAM (6. Sandaran Gerak)
KESATUAN
VISI, MISI DAN GERAKAN SIYASAH ISLAMIYAH
SANDARAN
GERAK PERJUANGAN
6.
(Program Tandhim)
Bahwa hakikat tujuan hidup manusia sebagai
hamba yang diciptakan Allah adalah akan mengenal dan berbakti kepada-Nya sebagai abdi (khalifah) dibumi menjalankan
segala perintah Nya berbuat kebaikan dan menjauhkan segala kemungkaran untuk mendapatkan keridhaan, kecintaan dan kemuliaan disisi Allah swt dalam rasa kebahagiaan didunia dan jamji
keselamatan dari Allah diakhirat dalam rahmat sorga Nya sesuai dengan tingkat
ketaqwaan manusia .
Manusia melaksanakan
sesuatu dikarenakan oleh 3 (tiga) hal yang berhubungan dengan dirinya yaitu:
1 Karena dia memahami
dan mengakui serta mentaati bahwa dirnya sebagai makhluk yang diciptaan Allah
untuk mengabdi sebagai pesuruh Allah (khalifah Nya) dibumi menurut kehendak dan
ketentuan Allah swt.
2. Karena Fitrah kemanusiaannya
untuk berusaha mengetahui hukum alam ciptaan Allah yang bersifat pasti yang
disebut sunnatullah.
3. Karena hukum
perbuatan dan perhubungan antar manusia berada dalam wilayah keizinan Allah
bagi setan yang dikutuk untuk menggoda dan mempengaruhi manusia melawan hati
nuraninya, membisikkan keburukan sebagai kebaikan, dan kebaikan sebagai
keburukan, sehingga tingkah laku manusia akan menghasilkan kebaikan atau
keburukan bagi manusia itu dalam kesendirian dan dalam kebersamaan kehidupan,
tergantung pada pilihan manusia itu dalam hakikat dan makna perbuatannya.
Hakikat dan makna
perbuatan manusia untuk mencapai tujuannya sebagai orang yang
beriman yang taat kepada Allah
adalah berjuang menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi segala larangan Nya sebagai pelaksanaan
Islam.
Syarikat Islam sebagai
organisasi perjuangan untuk mewujudkan Islam sebagai sistem
kehidupan dengan Asas-asas Perjuangan sebagaimana telah diuraikan terdahulu, menetapkan sandaran gerak perjuangan
(Program Tandhim) sbb.:
6.1.
Bersandar kepada Sebersih bersih Tauhid
Pergerakan perjuangan organisasi Syarikat Islam berpijak
pada keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah (utusan-Nya)
yang secara operasional disebut Tauhid.
Al Qur’an surat Al Baqarah:163 menyatakan:
”dan Tuhanmu
ialah Tuhan yang Satu (Yang Maha Esa); tiada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Tauhid menurunkan
aturan perhubungan manusia dengan Allah sebagai pencipta makhluk dan aturan
perhubungan manusia sebagai khalifah fil ardh dengan sesama manusia dan makhluk
lain ciptaan-Nya, sehingga Tauhid menjadi Pandangan-dunia.
Artinya tauhid menjadi keyakinan, visi
(al-fikrah, wawasan) dan sikap serta tingkah laku Muslim.
Ke Esa-an Allah direfleksikan dalam pengakuan
adanya satu sumber kebenaran, satu sumber ilmu, satu sumber hukum (syari’ah),
satu sumber penciptaan ummat manusia dan makhluk lainnya di alam semesta, satu
sumber kepemimpinan yakni Allah dan Rasulullah.
Ummat manusia berasal dari satu sumber dan
satu tujuan kehadiran di muka bumi dan satu tugas (amanah) khilafah bagi
seluruh ummat manusia, satu gerak menegakkan keadilan dan mencegah
ketidakadilan, satu hukum alam dan hukum moral (sunnatullah) di alam
semesta dan dalam kehidupan manusia dan satu pedoman hidup, Kitabullah (al Qur’an) dan
as-Sunnah.
Dengan keyakinan
yang demikian perjuangan pergerakan Islam akan dapat menghadapi dan melalui
segala keadaan, dan akan dapat bebas dan tidak larut dalam rasa ketakukan dan
kesedihan atas suatu perkara yang timbul diatasnya.
Al Qur’an surat Yunus:62 menyatakan:
”Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah
itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
Dengan bersandar
kepada Tauhid, maka dalam setiap usaha atau perjuangan (yang harus senantiasa
dijalan Allah), kita menghindarkan perasaan hina dan lemah serta sikap
mengemis-ngemis mencari perdamaian dan keselamatan, sebagaimana dinyatakan
dalam Al Qur’an surat Muhammad ayat 35:
“Janganlah kamu lemah dan mengemis meminta
damai pada hal kamu adalah terlebih tinggi dan Allah adalah beserta kamu dan
Dia tidak akan mensia-siakan amal perbuatanmu”.
6.2.
Bersandar kepada Ilmu
Tauhid adalah missi semua para Rasul Allah
dari Adam as sampai Muhammad Rasulullah saw. Untuk menjalankan missi tauhid ini
sesuai dengan fungsi khilafah manusia, diperlukan ilmu dan teknologi. Oleh
karena itu Islam memandang bahwa para pengemban fungsi khilafah ini harus
menguasai ilmu dan teknologi untuk mewujudkan tata dunia yang melandaskan semua
aktivitasnya pada prinsip tauhid.
Al Qur’an surat Az Zumar ayat 9 menyatakan:
“Katakanlah: apakah mereka yang mengetahui
(berilmu) sama dengan orang-orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu)?.
Sesungguhnya orang-orang yang berpikir (berpengetahuan) itulah yang mempunyai
perhatian.
Allah telah memerintahkan Rasulullah berdoa
yang dimuat dalam Al Qur’an surat Thaha ayat 114:
“dan katakanlah : Ya Tuhanku ! luaskanlah
aku dalam pengetahuan”.
Infra struktur
dunia Muslim adalah Tauhid yang dipancarkan kedalam berbagai aspek kehidupan,
sehingga melahirkan supra struktur sosial, ekonomi, politik, pendidikan,
lingkungn, pertahanan keamanan dan lain sebagainya yang mencerminkan
nilai-nilai dan syariah Islam.
Untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas
khairu ummah diperlukan sistem keilmuan dan teknologi yang menyandarkan diri pada tata
nilai Islam sehingga perkembangan ilmu dan teknologi tidak membawa ummat kearah
pelanggaran etika penciptaan dan fungsi khilafah. Sebab apabila ilmu dan
teknologi dikembangkan tidak dalam kerangka nilai Islam maka fungsi khilafah
manusia untuk memakmurkan dunia dengan membawa rahmat (rahmatan lil alamin)
akan menjadi musnah, justru dibunuh oleh ilmu dan teknologi tersebut.
Mencari ilmu adalah wajib diatas sekalian
orang Islam laki-laki dan orang Islam perempuan, ialah ilmu yang harus
diperoleh dengan setinggi tinggi kemajuan ‘aqal (intelect), tetapi tidak
sekali-kali boleh dipisahkan dari pendidikan budi pekerti dan pendidikan rohani
yang menyadarkan hubungan manusia dengan Tuhannya, sebagai yang dinyatakan
dalam Al Qur’an surat ‘Ali-Imran:003:190- 191,
terjemahannya: “sesungguh-sungguhnyalah di
dalam kejadian langit dan bumi dan didalam pergantiannya malam dan siang adalah
tanda-tanda bagi orang yang berpikir (berakal). ialah orang-orang yang
mengingat-ingat kepada Allah dalam keadan berdiri dan duduk dan berbaring,
mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata: ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini (langit dan bumi) dengan sia-sia, Maha suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.”
Al
Qur’an surat Al Alaq ayat 4 dan 5 menerangkan bahwa: “Allah mengajarkan
manusia dengan tulisan (alat tulisan). Mengajarkan kepada manusia apa-apa yang
mereka tidak mengetahuinya”
Rasulullah mengajarkan: “Tuntutlah ilmu,
karena barang siapa yang menuntut ilmu pada jalannya Allah sesunguhnya ia
melakukan perbuatan kebaikan; barang siapa membicarakan ilmu ialah memuji
kepada Tuhan; barang siapa mencari ilmu ialah menyembah kepada Tuhan; barang
siapa menyiarkan pelajaran ‘ilmu ialah memberikan sedekah; barang siapa
memberikan ilmu untuk maksud-maksud mencapai persetujuan dan kesepakatan ialah
melakukan perbuatan ibadah kepada Tuhan; ilmu itulah yang menyebabkan orang
yang mempunyainya bisa membedakan apa-apa yang terlarang dari pada apa yang
tidak terlarang, membedakan yang baik dengan yang buruk; ilmu ialah menerangi
jalan ke surga; ilmu ialah sahabat kita didalam padang pasir, teman pergaualan
kita di dalam kesunyian, kawan kita apabila kita ditinggalkan sahabat-sahabat;
ilmu adalah memimpin kita kepada kebahagiaan; ia menguatkan kita dalam
pergaulan dengan sahabat-sahabat; ia dapat kita pergunakan terhadap kepada
musuh-musuh kita. Dengan ilmu, hamba-hamba Allah naiklah kepada ketinggian
kebaikan dan kemuliaan disisi Allah, dapat mencapai kesempurnaan kebahagiaan di
akhirat.
Dengan petunjuk dan ajaran Islam, ilmu
pengetahuan telah berkembang luas sehingga terdapat pusat-pusat pendidikan atau
universitas Islam di Baghdad, Cairo dan Cordova serta menyebar luas keberbagai
negeri dan bangsa. Islam menghendaki kemerdekaan fikiran (akan menuntut ilmu)
dengan berdasar kepada kesungguh-sungguhan iman dan kesucian roh kepada Allah
Yang Maha Kuasa. Imam Dja’far as Sidaq menyatakan fikirannya tentang ‘ilmu atau
pengetahuan yaitu: “Penerangan hati itulah zatnya ‘ilmu; kebenaran (haq) itulah
maksudnya yang terutama”.
Sehubungan dengan
itu Syarikat Islam
menggariskan pola pendidikan untuk membangun manusia berilmu yang beriman dan
bertaqwa, yang mempunyai karakter dan sifat kepedulian kepada kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara, serta sifat mandiri yang senantiasa
mengembangkan daya cipta (inovasi) sehingga dapat menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas untuk pembangunan bangsa dan negara serta ummat manusia dalam
kerangka beribadah kepada Allah.
6.3.
Bersandar kepada
siyasah
Siyasah adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah
dimaksudkan “mengurus, mengatur atau memimpin”. Kata ini dipadankan dengan kata
politik yang bersal dari bahasa Yunani yang berarti “kota atau negara kota”
yang mengandung pengertian mengatur, mengendalikan dan memimpin kehidupan
masyarakat kota.
Kedua kata tersebut dalam perkembangannya menjadi sama dalam pengertian
dan pemakaiannya sehingga menjadi polpuler bahwa siyasah adalah politik, atau
sebaliknya politik adalah siyasah.
“Siyasah atau politik dapat disimpulkan sebagai suatu cara atau sistem untuk mengurus / mengatur, mengelola persoalan hidup
manusia agar terwujud dan terpelihara keseimbangan dalam kebersamaan kehidupan
dengan menggunakan kekuasaan yang terbentuk dari suatu proses ideologi”.
Cara atau sistem termaksud meliputi mengkomu-nikasikan ide ide yang
tersusun dalam kerangka ideologi dan mengartikulasikan
nilai-nilai ilmu dan teknologi dalam
peraturan peraturan yang dijalankan untuk
kepentingan masyarakat atau rakyat banyak, termasuk perlindungan dan kelangsungan
sistem.
Ide adalah rancangan yang tersusun didalam pikiran
tentang suatu hal yang ingin atau bisa diwujudkan.
Sedangkan
Ideologi adalah “Satu pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar
tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran
tersebut berupa fakta, yang mempunyai metode untuk menjaga pemikiran
tersebut agar tidak menjadi absurd (kacau) dari pemikiran-pemikiran yang lain
serta mempunyai metode untuk menyebarkannya”.
Berdasarkan definisi
ideologi tersebut, maka Islam adalah agama yang mempunyai kualifikasi sebagai
Ideologi, sehingga kita dapat menyebutkan Islam juga sebagai ideologi, yang
keseluruhan sumber konsepsinya adalah wahyu Allah swt dalam rangka penciptaan
manusia sebagai khalifah didunia.
Dua ideologi besar di
dunia yaitu Kapitalisme dan Sosialisme sumber konsepsinya adalah buatan akal
manusia, yang tidak mendapat jaminan kebenaran dari Allah swt, Tuhan yang
Maha Esa.
Islam sebagai suatu Ideologi dalam mewujudkan tujuannya untuk mendapat suatu dunia Islam yang sejati dan menurut kehidupan muslim
yang sesungguh-sungguhnya
dilakukan melalui tarbiyah dan siyasah, yaitu siyasah Islamiyah.
Islam mendasarkan gerakan siyasahnya kepada nilai-nilai tauhid, dengan pola gerakan amar ma’rufi dan nahi
mungkar, dengan cara yang dibenarkan oleh akhlakul karimah, yang bersandarkan
kepada Al Qur’an dan sunah rasulullah yang nyata, tidak menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan siyasah
atau politik.
Setiap muslim
sewajarnya mengetahui dan memahami bahwa siyasah yang mempunyai pengertian
mengurus (mengatur) persoalan hidup manusia merupakan kewajiban agama yang
tertinggi, malah agama dan dunia tidak akan sempurna tanpa siyasah. Sesungguhnya
manusia tidak berdaya mengurus kepentingan mereka dengan baik jika tidak
dibantu dan bersatu dibawah satu daulah, satu siyasah dan seorang pemimpin atau
pemerintah.
Gerakan siyasah atau politik itu adalah suatu proyeksi gerakan dimasa lalu yang mengandung keadaan
masa kini dan gerakan masa kini yang mengandung proyeksi keadaan masa mendatang.
Ia adalah suatu sistem dan mekanisme rekayasa
keadaan dan situasi untuk membawa masyarakat kepada keadaan tetentu.
Kewajiban amar makruf dan nahi mungkar tidak akan terlaksana dengan
sempurna tanpa adanya kekuatan, tunjangan dan kerja sama melalui siyasah dan
kepemimpinan atau pemerintah.
Para ulama sewajarnya bersatu dibawah naungan pemimpin untuk membantu
penguasa atau pemerintah ber amar makruf dan nahi mungkar.
Ulama dan
pemerintah umpama mata uang yang tidak boleh dipisahkan walaupun sebuah negara
atau pemerintahan tersebut belum melaksanakan undang undang atau syariat Islam
sepenuhnya.
Untuk menjalankan siyasah diperlukan adanya usaha untuk mencetak kader
kader pemimpin yang cukup yang memegang
teguh aqidah Islamiyah dan terorganisir dan mampu mengkomunikasikan ideologi
dan program.
Disamping itu diperlukan pula banyak informasi
yang terstruktur dan tertata tentang berbagai hal keadaan di masa lalu dan masa kini serta kemampuan
mengolah dan mengembangkannya untuk masa datang dalam suatu keyakinan menurut
ukuran ilmu pengetahuan yang berdasarkan kepada sebersih bersih Tauhid.
Dipandang dari sudut management bahwa kegiatan
politik atau siyasah adalah suatu proses management gerakan rakyat untuk menuju suatu
keadaan masyarakat yang diinginkan sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan tiap-tiap
organisasi politik.
Sebagai suatu proses management, maka
aktivitas organisasi politik haruslah terorganisir baik dengan perencanaan yang
rapi dan terukur serta terarah dalam koridor garis ideologinya. Dilengkapi
dengan sistem informasi yang dapat menyajikan iformasi secara tepat guna dan
tepat waktu kepada seluruh komponen sistem.
Dengan itu akan mendorong terciptanya sarana
(fasilitas) penggerak sekaligus sebagai alat kontrol gerakan untuk membawa dan
mewujudkannya menjadi sistem kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Management organisasi yang tidak tertata baik
dan lemah yang ditunjukkan oleh keadaan tidak adanya kesamaan visi dan
kurangnya pemahaman ideologi serta peraturan organisasi oleh para fungsionaris
organisasi,
yang ditandai rendahnya tingkat disiplim organisasi serta lemahnya sistem
komunikasi dan sistem informasi organisasi akan dapat memusnahkan ideologi yang
baik dan sempurna sekalipun.
Persatuan sebagai landasasn dan sumber
kekuatan gerakan tidak akan mungkin tercipta dan tujuan gerakan tidak akan
mungkin tercapai bilamana para fungsionaris dan kader-kader penggerak tidak
memahami ideologi organisasinya.
Ketidak pahaman dan ketidak samaan pemahaman
ideologi akan sangat memungkinkan timbulnya berbagai kesalahan dan benturan
dalam organisasi yang dapat mendatangkan bencana perpecahan dan kehancuran
organisasi.
Berdasarkan hal tersebut diatas Syarikat Islam menganggap
pergerakan siyasah (politik) itu adalah suatu kewajiban yang penting bagi orang
Islam, ialah
untuk mencapai suatu kehidupan islam yang sejati dan kehidupan muslim yang
sesungguh-sungguhnya.
Setiap orang Islam
hendaklan menjadikan dirinya sebagai anggota himpunan organisasi yang tersusun
kokoh dan kuat dalam kerangkaa cita cita yang sama agar dapat mewujudkan suatu
kerangka sistem kehidupan yang Islami.
Untuk mewujudkan dan
memelihara persatuan umat Islam dalam suatu organisasi yang kokoh kuat,
Syarikat Islam berpendirian bahwa hal hal yang bersifat cabang atau furukiyah
dalam agama Islam tidak dimasukkan sebagai ketentuan dan pendapat organisasi
akan tetapi dicatat dan dipelihara sebagai pendapat para mujtahid, untuk
dipelajari dan diamalkan sesuai dengan pemahaman dan keyakinan masing masing.
Perbedaan pemahaman
tentang hal hal yang bersifat cabang itu tidak boleh menjadikan umat Islam
terkelompok didalamnya dan menimbulkan pergesekan dan pertentangan didalamnya
yang dapat merusak persatuan dan kesatuan umat Islam.
Oleh karenaya para
tokoh ulama dan ahli ilmu serta cendekiawan muslim dan pihak pihak terkait
dengan kepentingan ideologi Islam hendaklah:
1. Menyatukan
visi, misi dan format gerakan siyasah dan proses pelaksanaan ideologi
Islam terutama mengenai sistem pemerintahan yang dibentuk dan dijalankan
berdasarkan kebebasan mengajukan pendapat dalam musyawarah yang menjunjung
tinggi akhlak mulia sesuai dengan ketentuan Al Quran dan sunnah rasul yang
nyata dalam mewujudkan kesatuan pendapat menetapkan aturan aturan yang meliputi
sistem pemerintahan, sistem penghidupan ekonomi, sistem pelaksanaan hukum,
sistem keamanan dan pembelaan negara, dan sistem hubungan antar bangsa dan lain
lain, sehingga terwujud dan terlaksana suatu negara yang memberi keadilan,
kedamaian, kesejahteraan, keamanan dan perlindungan bagi segala golongan
penduduk yang beragam suku, ras dan agama, serta mendorong terciptanya keamanan
dunia yang adil dan bermartabat.
2. Menjadikan
dirinya sebagai anggota himpunan organisasi yang tersusun kokoh dan kuat dalam
kerangka cita cita dan tata aturan yang sama untuk dapat mewujudkan dunia
muslim yang sejati.
Wallahu alam.
Drs.Djauhari Syamsuddin
KANTI KOMPUTER INDONESIA 15.34Tidak
ada komentar:
Jumat, 15 Juli 2011
Jadi
Diri Kader yang diperlukan Syarikat Islam
KANTI KOMPUTER INDONESIA 22.28Tidak
ada komentar:
Minggu, 03 Juli 2011
SURYADARMA
ALI SELAKU MENTERI AGAMA R.I. MEMPERKERUH PERPECAHAN SYARIKAT ISLAM
DEWAN PIMPINAN PUSAT SYARIKAT ISLAM
Jalan Taman Amir Hamzah No.
2 Jakarta Pusat 10320
Telp./Fax. (021) 8297193
Siaran Pers
SURYADARMA ALI SELAKU MENTERI AGAMA
R.I.
MEMPERKERUH PERPECAHAN SYARIKAT ISLAM
Suryadarma Ali selaku Menteri Agama RI telah memperkeruh perpecahan di
tubuh Organisasi SI dengan menghadiri apa yang disebut “MUKERNAS Syarikat
Islam” yang diselenggarakan di Bandung tanggal 29 Juni 2011 oleh mereka yang
melakukan makar terhadap organisasi SyarikatIslam.
Sebelumnya DPP
Syarikat Islam telah memberitahukan secara tertulis lewat surat PP LT SI No.
11061501/LTSI39/U tgl 15 Juni 2011 H agar Suryadarma Ali selaku Menteri Agama
RI untuk tidak menghadiri acara tersebut, karena akan memperkeruh dan
memperlebar pertikaian/konflik dikalangan Kaum Syarikat Islam apalagi posisi
beliau sebagai Ketua Umum Partai Politik (PPP) yang dalam waktu dekat akan
melaksanakan muktamar, maka kehadirannya itu bisa diterjemahkan sangat penuh
dengan nuansa kepentingan politik.
Dewan Pimpinan
Pusat Syarikat Islam juga menilai Suryadarma Ali selaku Menteri Agama dan
selaku Ketua Umum PPP telah melakukan langkah tidak bijaksana dan jauh dari
kesan kenegarawanan dengan menghadiri dan membuka Mukernas yang diselenggarakan
oleh mereka yang bermasalah (melakukan makar) terhadap organisasi Syarikar
Islam.
Dewan Pimpinan
Pusat SI menilai bahwa Suryadarma Ali adalah sebagai pemimpin ummat yang lemah,
tidak memahami dan tidak konsisten terhadap masalah pokok persatuan dan
kesatuan ummat tapi lebih memikirkan kepentingan pribadi untuk mempertahankan
kekuasaan sebagai Ketua Umum PPP dengan memanfaatkan konflik di tubuh Syarikat
Islam, karenanya DPP SI prihatin dengan nasib ummat Islam pada umumnya dan kaum
SI pada khususnya jika Suryadarma Ali memimpin kembali PPP karena sudah dapat
dipastikan ummat Islam dan kaum SI pada khususnya akan semakin terpecah belah.
Selanjutnya,
sebagai penjelasan agar tidak salah memberikan penilaian terhadap organisasi
Syarikat Islam karena adanya perbuatan makar yang dilakukan mereka yang tidak
istoqomah, kurang mengerti dan atau tidak mau mengerti dengan AD/ART SI, yang
telah menyeret Menteri Agama RI yang kebetulan sebagai Ketua Umum PPP yang akan
menyelenggarakan Muktamar pada waktu dekat, perlu kiranya disampaikan bersama
ini beberapa hal mengenai keberadaan dan kerangka dasar aturan organisasi
Syarikat Islam serta proses pelanggaran yang dilakukan mereka yang membuat
kekacauan dalam organisasi Syarikat Islam.
1.
Bahwa Syarikat Islam adalah sebuah organisasi pergerakan yang bermuatan dakwah
Islam pertama di Indonesia, yang keberadaannya didahului dengan berdirinya
Serikat Dagang Islam pada 16 Oktober 1905 di Surakarta (Solo), bertujuan hendak
menjalankan Islam dengan seluas luasnya syariat dan sepenuh penuhnya asas, sehingga
terwujud Islam sebagai rahmatan lil alamin, yang memberi keadilan, kedamaian,
kesejahteraan, keamanan dan perlindungan bagi segala golongan penduduk yang
beragam suku ras dan agama.
2.
Bahwa ketentuan hukum tertinggi dalam Organisasi Syarikat Islam setelah Al
Quran dan Sunnah Rasulullah yang nyata adalah Anggaran Dasar dan Anggran Rumah
Tangga yang diputuskan dalam Majelis Tahkim Syarikat Islam sebagai badan
Musyawarah tertinggi dalam Organisasi Syarikat Islam yang mengikat dan harus
ditaati oleh seluruh anggota organisasi Syarikat Islam.
3.
Majelis Tahkim ke 39 Syarikat Islam telah diselenggarakan tanggal 23 s/d 25
April 2010 di Ciaro, Kabupaten Bandung Jawa Barat, sesuai dengan aturan
organisasi, dilaksanakan bersama oleh Dewan Pusat, Lajnah Tanfidziyah dan
Majelis Syar’i dan dihadiri oleh utusan Wilayah dan Cabang Cabang (wufud)
organisasi Syarikat Islam yang sah yang berhak hadir dan mempunyai mandat yang
diperiksa oleh panitia mandat.
4.
Segala keputusan dan ketetapan Majelis Tahkim ke 39 Syarikat Islam yang
dihasilkan setelah melalui berbagai perdebatan beradu argumentasi sesuai dengan
tata tertib musyawarah, yang diakhiri dengan selesainya pemilihan Formatur yang
diberi amanat penuh oleh Majelis Tahkim untuk menyusun Dewan Pimpinan Pusat
Syarikat Islam periode 2010 s/d 2015, telah diterima oleh seluruh peserta
Majelis Tahkim tanpa adanya protes dan penolakan sampai acara ditutup pada
tanggal 25 April 2010.
5. Pada tanggal 18 – 21 Juni 2010 Sdr. Fathul Adhim selaku Ketua Dewan
Pusat Syarikat Islam yang telah demisioner secara resmi dan sah pada Majelis
Tahkim ke 39 Syarikat Islam di Ciaro tanggal 23-25 April 2010, dengan didukung
oleh sekelompok orang yang dilatar belakangi oleh berbagai kepentingan yang
bersifat pribadi dan kelompok serta adanya nuansa kegiatan politik, telah
menyelenggarakan apa yang dinamakan Majelis Tahkim Luar Biasa Syarikat Islam
(MTLB SI), diluar aturan organisasi Syarikat Islam dengan membuat dan menanda tangani sendiri Maklumat Majelis Tahkim Luar
Biasa, membuat/menanda tangani sendiri,
Keputusan Pembentukan Panitia Pengendali dan Panitia Pelaksana serta Undangan
Majeleis Tahkim Luar Biasa Syarikat Islam tanpa criteria dan syarat syarat
sesuai aturan organisasi Syarikat Islam, yang mana hal tersebut adalah jelas
jelas merupakan perbuatan melanggar ketentuan organisasi Syarikat Islam,
sehingga MTLB Syarikat Islam tersebut dikwalifikasikan sebagai usaha makar atau
bugot yang mengacau dan memecah belah organisasi Syarikat Islam. MTLB tersebut
telah mengangkat Sdr.Rahardjo Tjakraningrat sebagai Ketua Umum dan Sdr. Dachlam
Abdul Hamid sebagai Sekretaris Jenderal.
6. Bahwa yang menamakan diri DPP Syarikat Islam hasil Majelis Tahkim
Luar Biasa (MTLB) Syarikat Islam dengan dukungan kekuatan dana telah menyebar
luaskan berita berita tidak faktual dan menyesatkan seperti tidak sahnya
Majelis Tahkim ke 39 Syarikat Islam di Ciaro dan lain lain, sehingga beberapa
jajaran organisasi dan mereka yang yang tidak memahami dan tidak melakukan
tabayun atas berita yang dikembangkan, terseret dalam keberpihakkan membantu
usaha apa yang menamakan diri DPP Syarikat Islam hasil MTLB dalam mengacaukan
dan memecah belah organisasi Syarikat Islam.
7. Pada bulam Maret 2011 mereka yang melakukan makar itu telah
digagalkan mengadakan kerja sama dengan Mahkamah Konstitusi dengan menyebut
acaranya sebagai Musyawarah Kerja Nasioanl (Mukernas). Hal tersebut adalah
berkat kearifan dan kebijaksanaan serta ketaatan Mahkamah Konstitusi menjaga
norma norma hukum dan aturan organisasi kemasyarakatan, setelah menerima surat
resmi dan penjelasan yang disampaikan oleh Pimpinan Pusat Syarikat Islam hasil
MT 39 SI kepada Mahkamah Konstitusi.
Dengan beberapa
penjelasan diatas, maka kami tekankan sekali lagi bahwa Suryadarma Ali selaku
Menteri Agama RI dan juga selaku ketua umum PPP telah dijerumuskan oleh Sdr.
Rahardjo Tjakraningrat dan Dachlan Abdul Hamid, selaku Ketua Umum dan
Sekretaris Jenderal DPP SI yang Ilegal.
Intan surullaha yan surkum wayusabbit aqdaamakum
Billahi fi sabilil haq.
Jakarta, 28 Rajab
1432 H/30 Juli 2011 M
DEWAN PIMPINAN PUSAT SYARIKAT ISLAM,
LAJNAH TANFIDZIYAH,
TTD
Drs. Djauhari Syamsuddin (Ketua Umum) - Abid Takalamingan, S.Sos
(Sekretaris Jenderal)
DEWAN PUSAT,
TTD
DR. Amrullah Ahmad, S.Fil (Ketua) - Drs. Tb. Ivan Prasetia (Sekretaris)
MAJELIS SYAR'I,
TTD
DR. Ade Suherman, SHI,Mpd (Ketua) - KH. Husen Heikal (Sekretaris)
KANTI KOMPUTER INDONESIA 08.151
komentar:
Selasa, 12 April 2011
Pidato
Ketua Umum Pimpinan Pusat Syarikat Islam pada acara Pelantikan DPP Syarikat
Islam
Pidato Ketua Umum
Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah SYARIKAT ISLAM
Pada upacara pelantikan
DPP Syarikat Islam
Masa Jihad 2010 – 2015
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahil lazi arsalarasulahu bil huda
wa dinil haq. Liyuzhirahu ‘aladini kullihi wakafa billahi syahida. Asy hadualla
ila haillallah wa asyhhadu anna Muhammadarrasulullah.wala hau la wala quwata
ila billah
Yang kami hormati
- Yang mewakili
Menteri Agama Republik Indonesia.
- Pimpinan
Majelis Ulama Indonesia Bapak DR.H.Amirsyah Tambunan,MA
- Saudara Saudara
Dewan Pimpinan Pusat Syarikat Islam masa Jihad 2010-2015
- Saudara saudara
anggota serumpun organisasi Syarikat Islam, yaitu anggota dan pengurus
Wilayah dan Cabang Syarikat Islam, Wanita Syarikat Islam, Pemuda Muslim,
dan kelompok pengajian Kaum Syarikat Islam
- Para hadirin
undangan
Hari
ini adalah merupakan hari yang penting dalam perjalanan sejarah Syarikat Islam,
karena pada hari ini Syarikat Islam sebagai organisasi pergerakan yang
bermuatan dakwah Islam, mendapat kesempatan menyelenggarakan acara penting di
masjid Istiqlal ini yaitu masjid kemerdekaan, yang merupakan masjid utama umat
Islam seluruh Indonesia.
Peristiwa
ini insyaallah akan menjadi catatan sejarah perjuangan Syarikat Islam dan
menjadi bagian dari perjuangan umat Islam Indonesia, dimana kita yang hadir
disini akan menjadi saksi, yang akan dinyatakan nilainya kesaksiannya dalam
catatan amal ibadah, yang masing masing kita akan mempertanggung jawabkan kepada
Allah SWT.
Pada
hari ini kaum Syarikat Islam seluruh Indonesia yang diwakili oleh wufud wufud
resmi dan sah yang menghadiri Majelis Tahkim ke 39 Syarikat Islam, melalui
Pimpinan Sidang telah menyatakan bai’at (janji) kepada Pimpinan Pusat terpilih
untuk taat dan patuh kepada Pimpinan Pusat selama Pimpinan Pusat taat dan patuh
kepada Allah dan Rasul-Nya serta konstitusi organisasi Syarikat Islam
Saudara
Saudara sekalian yang kami hormati
Syarikat Islam adalah
sebuah organisasi pergerakan yang bermuatan dakwah Islam yang pertama di
Indonesia, yang keberadaannya didahului oleh berdirinya Sarekat Dagang Islam
(SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905 di Surakarta (Solo), oleh Haji Samanhudi dan
8 orang temannya
Lahir dizaman bangsa
Indonesia berada dibawah kekuasaan penjajah kaum kolonial Belanda yang telah
melakukan penghisapan ekonomi dan pembodohan serta memperbudak bangsa Indonesia
selama lebih dari tiga abad.
Sejarah
telah mencatat organisasi Syarikat Islam sebagai pelopor dalam barisan
organisasi pergerakan politik pada zaman pra kemerdekaan, yang memiliki nilai
historis yang amat berarti dan telah melakukan peranan yang amat penting dalam
kontek peletakan nilai dasar sejarah pergerakan bangsa Indonesia dan telah
melahirkan proses pembangunan semangat juang yang tinggi untuk melepaskan
bangsa dari cengkeraman kaum yang menjajah dan memperbudak bangsa Indonesia.
Syarikat
Islam yang dizaman penjajahan sebagai Partai politik adalah sebuah organisasi
yang paling ditakuti oleh pemerintah kolonial Belanda karena sepak terjangnya
yang akan membawa bangsa Indonesia kepada kemerdekaan sebagai bangsa, yaitu
kemerdekaan yang bebas dari segala macam perhambaan dan penindasan serta
penghinaan diri kepada manusia, menuju pergaulan hidup yang berkeadilan dan
mempunyai rasa aman dibawah lindungan dan ridha Allah SWT semata-mata.
Syarikat
Islah dalam pergerakannya berpegang teguh kepada kayakinan bahwa Islam sebagai
Dienullah, adalah suatu ketentuan hukum tentang hidup dan kehidupan serta
peraturan dasar pergaulan hidup bersama yang benar dan lengkap yang ditetapkan
oleh Allah, agar manusia dapat memperoleh kebahagian dan kesejahteraan didunia
dan keselamatan diakhirat.
Dan
dalam ketentuannya Islam mendatangkan kebenaran dan keadilan, membebaskan
manusia dari kezaliman, memerdekakan manusia dari segala bentuk perbudakan dan
perhambaan, menjauhkan kebodohan dan kemiskinan, membangun hidup dan kehidupan
baru yang semakin baik, dan mengantarkan manusia ketingkat derajat taqwa yang
tinggi dan sempurna.
Syarikat
Islam dalam perjalanan pajang sejarah perjuangannya telah turut serta
mengantarkan bangsa Indonesia pada kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan telah turut
serta pula dalam berbagai kiprah kegiatan mengisi kemerdekaan itu.
Saudara
saudara yang saya hormati
Dalam
putaran sejarahnya yang panjang itu Syarikat Islam mengalami juga fluktuasi
pasang dan surut, sebagai berputarnya roda kehidupan.
Berbagai hal telah
mendera organisasi Syarikat Islam yang menyebabkan terjadinya pasang dan surut
itu. Ada yang bersumber dari dalam organisasi, ada yang bersumber dari luar
organisasi.
Yang
bersumber dari dalam organisasi adalah antara lain:
1.
Karena melemahnya rasio pemahaman
dan pengetahuan para fungsionaris dan aktivis organisasi tentang visi misi,
asas asas serta sandaran gerak organisasi yang merujuk kepada Al Qur’an dan
Sunnah Rasul yang nyata, terhadap perkembangan yang terjadi dalam kehidupan
yang semakin maju.
2. Karena melemahnya dan menurunnya disiplin
organisasi dilingkungan para fungsionaris dan aktivis organisasi yang
disebabkan adanya pergeseran nilai nilai dalam perkembangan struktur politik,
sehingga ada tongkat yang membawa rebah, yaitu pemimpin yang seharusnya
menegakan dan menjaga peraturan organisasi justru melakukan pelanggaran dengan
mudah dan tidak merasa bersalah jika tidak memenuhi ketentuan organisasi.
3. Mudahnya para fungsionaris dan aktivis
organisasi tergoda oleh kepentingan kepentingan sesaat yang menjerumuskan
organisasi dan dirinya kepada posisi pelanggaran baiat, yang secara langsung
maupun tak langsung mendatangkan bencana bagi organisasi Syarikat Islam.
Adapun yang bersumber
dari luar organisasi adalah antara lain:
1. Perkembangan struktur politik pada zaman
penjajahan Jepang, dimana Syarikat Islam (PSII) sebagai partai politik
dihentikan (dilarang) oleh Jepang, kemudian Syarikat Islam mengambil posisi
uzur dengan pengertian bahwa Syarikat Islam tidak bubar, tapi berdiam diri
sementara. Hal ini sesuai dengan i’ktikad yang dinyatakan dalam anggaran dasar
bahwa Syarikat Islam tidak boleh bubar, karena itu berarti menghentikan
perjuangan menegakkan nilai nilai Islam dalam kehidupan
Kemudian setelah kemerdekaan, beberapa tokoh Syarikat
Islam (PSII) melakukan kekeliruan atau salah langkah turut serta mendirikan
partai Masyumi, karena yang seharusnya mereka menjalankan kembali PSII yang
berhenti sementara dan membuka PSII bagi semua kalangan umat Islam sesuai asas
pertama partai yaitu membangun persatuan dalam umat Islam.
Sebagian besar tokoh Syarikat Islam yang ikut
mendirikan Masyumi kemudian kembali menjalankan PSII setelah mendapat
peringatan tentang bai’at sebagai anggota PSII.
Hal ini telah menimbulkan salah paham dan kecaman
tidak beralasan kuat dari tokoh tokoh lainnya yang ada di Masyumi terhadap
Syarikat Islam (PSII) dengan mengatakan bahwa asas pertama PSII adalah
persatuan dalam umat Islam, tapi justru melakukan pecah belah. Hal ini belum
terselesaikan hingga saat ini dan telah menjadi catatan sejarah yang salah
tulis dan tetap menjadi salah satu sumber laten konflik politik dalam umat
Islam Indonesia.
2. Peristiwa politik zaman orde baru dimana
pemerintah memaksakan penyederhanaan partai politik dengan memfusikan fungsi
politik dari partai partai Islam yang ada waktu itu kedalam PPP sebagai partai
baru. Dan partai partai Islam yang telah memfusikan fungsi politiknya kedalam
PPP menjadi ormas hingga saat ini. Terhadap ormas ormas pendiri PPP ini terjadi
persaingan merebut posisi di PPP yang mendorong timbulnya perpecahan didalam
ormas pendiri PPP ini, yang dampaknya sangat dirasakan hingga saat ini.
Perpecahan
yang terjadi dalam tubuh organisasi Syarikat Islam pada awal terbentuknya PPP
belum dapat dipulihkan 100% hingga saat ini, disusul berbagai peristiwa dalam
organisasi Syarikat Islam yang bersifat inkonstitusional, yang terjadi karena
adanya pengaruh konstelasi system politik.
3. Masalah politik lainnya yang berpengaruh dalam
roda kehidupan Syarikat Islam adalah adanya undang-undang keormasan dan partai
politik yang telah memisah misahkan secara administratif organisatoris Syarikat
Islam dengan organisasi serumpun pendukungnya, yang mengakibatkan melemahkan
hubungan koordinatif dan aspiratif karena telah mendapat status kesejajaran
organisasi yang berdiri sendiri, seperti wanita Syarikat Islam, Gertasi,
Organisasi Buruh Syarikat Islam, Pemuda Muslim, Serikat Sarjana Muslim, Semmi,
Sepmi dan lain lain. Tidak ada lagi kewajiban formil taat asas kepada induk
organisasi bila pemimpinnya tidak merasa lagi ada hubungan historis
kekeluargaan dan kesamaan visi dan misi perjuangan.
4. Perjalanan sistem politik nasional selanjutnya
pada awal masa orde reformasi, telah menimbulkan eforia politik yang kebablasan
dalam konstelasi kehidupan organisasi umat Islam. Berbagai partai Politik Islam
dan yang berbasis umat Islam muncul yang keberadaannya melemahkan perjuangan
umat Islam karena menjadi tercerai berainya umat dalam berbagai partai politik.
Tidak terkecuali kaum Syarikat Islam menampilkan 2 partai, yaitu PSII dan PSII
1905, sementara sebagian ada dalam PPP.
5. Eforia dan emosioanal kekuasaan yang
berkembang dalam sistem politik dan kemasyarakatan telah banyak mengalahkan
akal sehat dan nilai nilai sistem managemen keumatan dan politik Islam sebagai
yang tersurat dan tersirat dalam Al Quran surat Ali ‘Imran 103 yang seharusnya
menjadi pedoman utama kehidupan Islam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
6. Berkembangnya kapitalisme liberal yang
mengusung ideology “sistem kehidupan bebas nilai” telah menggeser system
kehidupan bangsa Indonesia yang sosialis religius menjadi individualis
pragmatis, sehingga banyak orang menjadi gampang menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuannya, termasuk dalam kehidupan berorganisasi.
Kedua sumber yang
menyebabkan terjadinya pasang surut dalam organisasi Syarikat Islam, sebagai
organisasi pergerakan, telah memerosot-kan posisi Syarikat Islam ketitik paling
bawah dalam perputaran roda kehidupan organisasi.
Kaum Syarikat Islam,
terutama para fungsionaris dan penggerak organisasi Syarikat Islam dalam
seluruh tingkatan, sudah seharusnya menyadari hal ini dan menjadikan hari ini
sebagai titik permulaan untuk mengembalikan Syarikat Islam kedalam garis
perjuangannya yang lebih terarah, teratur dan terukur sebagaimana disuratkan
dan disiratkan dalam Program Asas dan Program Tandhim, Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga dan Fikih Harakah Syarikat Islam.
Titik permulaan untuk
menanamkan dan mempertinggi kesadaran dalam diri menjalankan organisasi
Syarikat Islam sesuai dengan format bakunya yang bersandarkan kepada Al Quran
dan sunnah Rasulullah yang nyata, yang intinya adalah:
1.
Kaum Syarikat Islam harus selalu
taat asas dan berpantang mencederai kesepatan kesepakatan organisasi sebagai
perwujudan baiat.
2.
Kaum Syarikat Islam harus
senantiasa lebih menimbang Allah dan Rasulnya dari pada menimbang manusia.
3.
Memahami dengan sungguh sungguh
dan mengamalkan bahwa Jihad Syarikat Islam adalah mendahulukan kepentingan umum
dan organisasi diatas kepentingan diri.
4.
Selalu tabayun (mencari sumber
untuk mendapat keterangan yang benar) dalam memutuskan suatu perkara apa saja
atas suatu pemberitaan yang terkait dengan kehidupan organisasi Syarikat Islam,
agar tidak mendatangkan kerugian, musibah atau bencana kepada orang lain dan
organisasi Syarikat Islam.
5.
Menyatukan Ilmu, Tauhid dan
Siyasah dalam menegakkan kebenaran dan menjalankan kebaikan serta memerangi
ketidak baikan / kemungkaran.
6.
Akan datang saatnya keadilan,
kebenaran dan kebaikan mengalahkan kemungkaran.
Menjalankan
segala perintah Allah dan menghentikan segala larangannya adalah perbuatan
menolong agama Allah.
Jika
kita menolong agama Allah dengan ikhlas dan suci hati maka Allah pasti akan
menolong dan meneguhkan kedudukan kita dalam perjuangan menuju kehidupan yang
mendapat rahmat Nya.
Saudara saudara kaum
Syarikat Islam dan hadirin yang saya hormati
Suatu
hal yang perlu kita ketahui adalah bahwa konstelasi perkembangan sistem dan permasalahan dalam berbagai aspek
kehidupan nasional maupun internasional merambat dan bertumbuh sangat cepat
dalam suasana persaingan, baik dalam bidang
ideologi atau sistem nilai kehidupan maupun dalam usaha usaha pemenuhan
kebutuhan hidup dan
sistem interaksi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Dalam
suasana persaingan itu, hanya organisasi yang managemennya tertata baik dan
dilengkapi dengan sistem informasi dan komunikasi yang baik, yang akan mampu
mempertahankan eksistensinya dengan baik. Organisasi yang tertata baik dan
bagus dalam sistem, meskipun tidak baik dalam visi dan misi serta niatnya, akan
dapat mengalahkan, melemahkan dan menghilangkan eksistensi organisasi yang
telah mapan bagus dalam ideologi, namun lemah dalam managemen dan sistem
informasi serta komunikasi.
Oleh
karenanya Organisasi Syarikat
Islam memerlukan penyesuaian dan perbaikan dalam berbagai hal sesuai dengan
perkembangan konstelasi
kehidupan bangsa Indonesia.
Penyesuaian dan
perbaikan diperlukan dalam bidang managemen organisasi meliputi penyediaan fasilitas organisasi, pembangunan sistem
informasi dan komunikasi, sistem kaderisasi dan pemantapan ideologi, serta
pembangunan kehidupan social dan ekonomi, dan keikut sertaan organisasi
Syarikat Islam dalam pembangunan serta penyelamatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahwa kesatuan dan persatuan dalam organisasi Syarikat
Islam adalah merupakan hal utama yang perlu diwujudkan dan dipertahankan untuk
dapat menjadi kekuatan dalam perjuangan mewujudkan tujuan organisasi Syarikat
Islam dalam
berbagai strata dan tingkatan wilayah organisasi.
Hal ini merupakan salah satu tekat yang akan
diutamakan Pimpinan Pusat Syarikat Islam dengan memperhatikan ketentuan
ketentuan organisasi yang berlandaskan Al Quran dan sunah rasulullah yang
nyata.
Saudara saudara sekalian
Pimpinan Pusat Syarikat Islam akan berusaha
untuk melaksanakan program organisasi yang ditetapkan pada Majelis Tahkim ke 39
Syarikat Islam yang pokok pokoknya adalah:
1. Pemantapan ideologi Syarikat Islam melalui perbaikan dan pelaksanaan
sistem kaderisasi yang terarah dan berkesinambungan yang mengacu pada Program
Asas dan Program Tandhim, Fikih Harakah Syarikat Islam, Prinsip umum teori
managemen organisasi dan Peraturan Perundang Undangan.
2. Melaksanakan managemen organisasi
yang bersifat terbuka dengan dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(T.I.K) sehingga memungkinkan tersedia dan terdistribusinya berbagai informasi
yang diperlukan dalam melayani dan menjalankan berbagai kiprah dan kegiatan
organisasi Syarikat Islam, yang mengacu kepada Al Quran dan Sunah Rasulullah
serta Keputusan Keputusan Majelis Tahkim Syarikat Islam, AD/ART, dan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
3. Menyelenggarakan kajian kajian
intensif yang teratur dan terjadwal dalam lingkungan pengurus jajaran
organisasi Syarikat Islam mengenai ibadah, muamalah dan siyasah islamiyah,
serta permasalahan kenegaraan.
4. Meningkatkan dan meluaskan usaha
usaha komunikasi, internal dan ekternal untuk membangun serta memantapkan
kesamaan dan kesatuan visi, misi dan format gerakan siayasah Islam untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam menjadi kekuatan yang mampu
menegakkan nilai nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
5. Menyempurnakan dan mengembangkan
Sarana / Lembaga Ekonomi Syarikat Islam, Lembaga Kesehatan Syarikat Islam,
Lembaga Pendidikan Syarikat Islam, Lembaga Dakwah dan berbagai lembaga yang
diperlukan dalam usaha memajukan organisasi Syarikat Islam.
6. Dan lain lain sesuai dengan
kebutuhan kondisi dan perkembangan organisasi.
Saudara saudara hadirin
yang saya hormati
Itulah beberapa pokok
pokok permasalahan Syarikat Islam untuk kita maklumi semoga dapat disikapi
sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsi dan kedudukan kita masing masing.
Kemudian saya mengajak
kita semua untuk meningkatkan marwah diri semoga dapat meningkatkan daya juang
kita mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin:
· Senantiasalah jujur dan
adil serta bersaksi dengan benar
· Jika terasa sesuatu dalam
hati bawalah kedalam pikiran, jika ada yang terlintas dalam pikiran bawalah
kedalam hati.
· Senantiasalah berusaha
menghindari rasa sombong dan berbangga diri.
· Lupakan kejelekan orang
lain kepada kita
· Lupakan kebaikan kita
kepada orang lain
· Ingat ingat kejelekan
kita kepada orang lain
· Ingat ingat kebaikan
orang lain kepada kita
· Jangan menyebarkan
kebencian kepada sesama saudara muslim dan lemah lembut mengingatkan mereka
yang bersalah.
· Tingkatkan terus rasa
kepedulian dalam lingkungan yang semakin luas untuk berbuat kebaikan dan
memerangi kemungkaran
· Selalu menerima dengan
tawakkal kepada Allah atas segala sesuatu hasil yang telah dikerjakan dengan
sungguh sungguh dan dengan memohon pertolongan-Nya.
Dan sebagai penutup ini
marilah kita simak terjemahan 3 ayat al Quran yang perlu untuk kita pahami dan
kita renungkan sebagai salah satu pedoman dalam menjaga dan memelihara
kehidupan berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara:
Al Hujarat (049:006)
Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu
Al Hujarat (049:011)
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu
kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah
kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.
Al A’raf (007:096)
Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.
Intansurullaha yan surkum
wayusabbid aqdamakum
Billahi fi sabilil haq.
Wassalamualaikum
Drs.Djauhari Syamsuddin
Ketua Umum
Latnah Tanfidziyah
Syarikat
Islam
KANTI KOMPUTER INDONESIA 06.16Tidak
ada komentar:
Langganan: Entri
(Atom)
Arsip Blog
Link Terkait
Pengikut
Liputan6.com
Liputan6.com, Jakarta : Diana Nasution,
penyanyi papan atas di era 70an telah tutup usia pada Jumat (4/10/2013) dini
hari. Diana yang juga ibunda solois muda Marcello Tahitoe alias Ello ini meninggal
setelah berjuang melawan kanker yang ...
Detikcom
Medan - Gunung Sinabung di Kabupaten Karo,
Sumatera Utara (Sumut) meletus. Akibatnya, hujan debu melanda kawasan di
sekitar gunung. "Letusan terjadi pagi tadi, sekitar pukul 02.51 WIB,"
kata Armen Putra, petugas Pos Pemantau Gunung Api ...
Metro TV News
Perusahaan pembuat mobil eksklusif asal Swedia
itu menyatakan, untuk berakselerasi dari 0 ke 400 km/jam, Koenigsegg One:1
membutuhkan waktu 20 detik saja yang membuatnya 25 detik lebih
cepat dibandingkan dengan Bugatti Veyron. Dan untuk ...
Liputan6.com
Kronologi Detik-detik Tutupnya
Pemerintah Amerika Serikat. Oleh Nurmayanti. Posted: 03/10/2013 15:32. TOPIK
#Shutdown AS #barack obama. Kronologi Detik-detik Tutupnya
Pemerintah Amerika Serikat. (dailymail.co.uk). Tweet. Liputan6.com,
Jakarta ...
powered by
|
||
Template
Simple. Diberdayakan oleh Blogger.
Sarekat Dagang Islam
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan
perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji
Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1905, dengan
tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang
batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa.
Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju
usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk
Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda
tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di
antara kaum pribumi yang biasa disebut sebagai Inlanders.SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kemudian memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto kemudian dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI). Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
- Mengembangkan jiwa dagang.
- Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang
usaha.
- Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya
derajat rakyat.
- Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
- Hidup menurut perintah agama.
Seiring dengan perubahan waktu, akhirnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Centraal Sarekat Islam. Tapi Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda itu dan ia keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), karena volksraad dipandangnya sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto ketika itu telah menyuarakan agar bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, yang hal ini ditolak oleh pihak Belanda.
Sarekat Islam
Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Hadir para anggota dari Kaliwungu, Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf
Kereta Api dan Trem (VSTP)[1]
Semarang.
Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said
Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan
agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam
bidang lain seperti politik. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat
disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:- Mengembangkan jiwa dagang.
- Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang
usaha.
- Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya
derajat rakyat.
- Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
- Hidup menurut perintah agama.
Seiring dengan perubahan waktu, akhirnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917.
Kongres-kongres awal
Kongres pertama diadakan pada bulan Januari 1913. Dalam
kongres ini Tjokroaminoto menyatakan bahwa SI bukan merupakan organisasi
politik, dan bertujuan untuk meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia,
membantu anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi serta mengembangkan
kehidupan relijius dalam masyarakat Indonesia.Kongres kedua diadakan pada bulan Oktober 1917.
Kongres ketiga diadakan pada tanggal 29 September hingga 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan jika Belanda tidak melakukan reformasi sosial berskala besar, SI akan melakukannya sendiri di luar parlemen.
Masuknya pengaruh komunisme
SI yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi
oleh paham sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M
Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische
Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah
mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi karena paham yang mereka anut tidak
berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang
Belanda, sehingga usahanya kurang berhasil. Sehingga mereka menggunakan taktik
infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka berhasil
menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama yaitu membela
rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang berbeda.Dengan usaha yang baik, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berlandaskan asas sosialisme-komunisme.
Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
- Centraal Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat
memiliki kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI
bertindak sendiri-sendiri. Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang kuat
untuk menentukan nasib cabangnya, dalam hal ini Semaoen adalah ketua SI
Semarang.
- Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan
multipartai, mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI
merupakan organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV (PKI) dan
berhasil meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916 menjadi
20.000 orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua SI
Semarang.
- Akibat dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek
mengakibatkan membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan
perkebunan untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial mengakibatkan dengan
mudahnya rakyat memihak pada ISDV.
- Akibat kemiskinan yang semakin diderita rakyat semenjak Politik
Pintu Terbuka (sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak
tahun 1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.
Jurang antara SI Merah dan SI Putih semakin melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis karena keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh karena itu, Tjokroaminoto lebih condong ke SI haluan kanan (SI Putih).
Penegakan disiplin partai
Pecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan
dari organisasi. Hal ini ada kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim
pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai
yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih antara SI atau
organisasi lain, dengan tujuan agar SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini
dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan
Malaka meminta pengecualian bagi PKI. Namun usaha ini tidak berhasil
karena disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu
anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun
turut pula dikeluarkan, karena disiplin partai tidak memperbolehkannya.Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi "Sarekat Rakyat".
Partai Sarekat Islam Indonesia
Pada kongres PSI tahun 1929 menyatakan bahwa tujuan perjuangan
adalah mencapai kemedekaan nasional. Karena tujuannya yang jelas itulah PSI
ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).Akibat keragaman cara pandang di antara anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, di antaranya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Kemudian pada Pemilu 1971 di zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan berhasil mendudukkan wakilnya di DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang).
Referensi
1. ^
VSTP: Vereeniging van Spoor- en Tramwegpersoneel
Majelis Syuro Muslimin Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas
Lambang Masyumi
Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi adalah sebuah partai
politik yang berdiri pada tanggal 7 November
1945 di Yogyakarta.
Partai ini didirikan melalui sebuah Kongres Umat Islam pada
7-8 November
1945, dengan tujuan
sebagai partai politik yang dimiliki oleh umat Islam dan sebagai
partai penyatu umat Islam dalam bidang politik.Masyumi pada akhirnya dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960 dikarenakan tokoh-tokohnya dicurigai terlibat dalam gerakan pemberontakan dari dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Pada masa pemerintahan Soeharto, terjadi rehabilitasi sebagian dari tokoh-tokoh Masyumi, di mana beberapa tokoh-tokoh Masyumi diperbolehkan aktif kembali dalam politik dengan meleburkan diri ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Daftar isi
Organisasi pendiri
Masyumi pada awalnya didirikan 24 Oktober 1943 sebagai
pengganti MIAI
karena Jepang memerlukan suatu badan untuk menggalang dukungan masyarakat
Indonesia melalui lembaga agama Islam. Meskipun demikian, Jepang tidak terlalu
tertarik dengan partai-partai Islam yang telah ada di zaman Belanda yang
kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola pikir modern, sehingga pada
minggu-minggu pertama, Jepang telah melarang Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Indonesia
(PII). Selain itu Jepang juga berusaha memisahkan golongan cendekiawan Islam di
perkotaan dengan para kyai di pedesaan. Para kyai di pedesaan memainkan peranan
lebih penting bagi Jepang karena dapat menggerakkan masyarakat mendukung Perang
Pasifik, sebagai buruh atau tentara. Setelah gagal mendapatkan dukungan dari
kalangan nasionalis di dalam Putera, Jepang mendirikan Masyumi.Masyumi pada zaman pendudukan Jepang belum menjadi partai namun merupakan federasi dari empat organisasi Islam yang diijinkan pada masa itu, yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam Indonesia.[1] Setelah menjadi partai, Masyumi mendirikan surat kabar harian Abadi pada 1947.
Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi massa Islam yang sangat berperan dalam pembentukan Masyumi. Tokoh NU, KH Hasyim Asy'arie, terpilih sebagai pimpinan tertinggi Masyumi saat itu. Tokoh-tokoh NU lainnya banyak yang duduk dalam kepengurusan Masyumi dan karenanya keterlibatan NU dalam masalah politik menjadi sulit dihindari. Nahdlatul Ulama kemudian keluar dari Masyumi melalui surat keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tanggal 5 April 1952 akibat adanya pergesekan politik di antara kaum intelektual Masyumi yang ingin melokalisasi para kiai NU pada persoalan agama saja.
Hubungan antara Muhammadiyah dengan Masyumi pun mengalami pasang surut secara politis, dan sempat merenggang pada saat Pemilu 1955. Muhammadiyah pun melepaskan keanggotaan istimewanya pada Masyumi menjelang pembubaran Masyumi pada tahun 1960.
Pemilu 1955
Hasil penghitungan suara dalam Pemilu 1955
menunjukkan bahwa Masyumi mendapatkan suara yang signifikan dalam percaturan
politik pada masa itu.[2]
Masyumi menjadi partai Islam terkuat, dengan menguasai 20,9 persen suara dan
menang di 10 dari 15 daerah pemilihan, termasuk Jakarta Raya, Jawa Barat,
Sumatera
Selatan, Sumatera Tengah, Sumatera
Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara
Selatan, dan Maluku.
Namun, di Jawa
Tengah, Masyumi hanya mampu meraup sepertiga dari suara yang diperoleh PNI,
dan di Jawa
Timur setengahnya. Kondisi ini menyebabkan hegemoni penguasaan Masyumi
secara nasional tak terjadi.Berikut hasil Pemilu 1955:
- Partai Nasional Indonesia (PNI) -
8,4 juta suara (22,3%)
- Masyumi - 7,9 juta suara (20,9%)
- Nahdlatul Ulama - 6,9 juta suara (18,4%)
- Partai Komunis Indonesia (PKI) - 6,1
juta suara (16%)
Tokoh
Di antara tokoh-tokoh Masyumi yang dikenal adalah:- Hasyim Asy'arie
- Wahid Hasjim, yang juga adalah putra dari KH
Hasyim Asy'arie.
- Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(Hamka), menjadi wakil Masyumi dalam Konstituante
- Muhammad Natsir, Menteri Penerangan dalam
beberapa kabinet pada masa revolusi, Perdana Menteri Pertama NKRI,
terkenal dengan Mosi Integral Natsir yang mengubah
Republik Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
- Syafrudin Prawiranegara, Menteri
Kemakmuran dalam beberapa kabinet pada masa revolusi, Ketua Pemerintah Darurat Republik
Indonesia, Gubernur Bank
Indonesia Pertama, terkenal dengan kebijakan Gunting Sjafrudin
- Mr. Mohammad Roem, Diplomat ulung yang
dikenal lewat inisiatifnya dalam perundingan yang kemudian dikenal sebagai
Perundingan Roem - Royen
- Muhammad Isa Anshari, Ketua Partai Masyumi di
parlemen yang dikenal lantang dan tegas dalam memegang teguh prinsip
perjuangan, termasuk saat polemik dasar negara berlangsung di Majelis
Konstituante sebelum akhirnya dibubarkan oleh Dekrit Presiden pada 5 Juli
1959.
- Kasman Singodimedjo, Daidan PETA daerah Jakarta,
yang menjamin keamanan untuk diselenggarakannya Proklamasi Kemerdekaan NKRI
dan rapat umum IKADA.
- Dr. Anwar Harjono,
merupakan juru bicara terakhir Partai Masyumi yang dibekukan oleh
pemerintah Orde Lama, sehingga lahirlah Keluarga Besar Bulan Bintang yang
pada masa orde baru mendirikan Organisasi Dakwah yakni Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
(DDII) dan pada masa Reformasi menjadi inspirator bagi lahirnya kekuatan
politik baru penerus perjuangan Masyumi yakni Partai Bulan Bintang (PBB).
Catatan kaki
Pranala luar
- Mimpi
Yang Memanggil untuk menjadi the next Masyumi bagian 1
- Mimpi
Yang Memanggil untuk menjadi the next Masyumi bagian 2
- A
House Divided: The Decline and Fall of Masyumi (1950-1956) oleh Robert E.
Lucius, September 2003
Menu navigasi
Komunitas
Wikipedia
Bagikan
Cetak/ekspor
Peralatan
Bahasa
lain
- Halaman ini terakhir diubah pada 18.15, 5 April 2013.
- Teks tersedia di bawah Lisensi
Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin
berlaku. Lihat Ketentuan
Penggunaan untuk lebih jelasnya.
VIVACIOUSKY
Sarekat
Islam dalam Mempertahankan dan Memperjuangkan Paham dan Kemerdekaan
Galang Ginanjar06.321
komentar
H.O.S. Cokroaminoto merupakan salah satu tokoh SI
|
Sarekat
Islam adalah organisasi yang berjuang untuk Indonesia. Mencoba mempertahankan
dan memperjuangkan paham Pan Islamisme yang selalu diusik oleh lawannya dan
penyusup.
Sarekat
Islam adalah suatu organisasi pergerakan nasional di kalangan kaum muslimin,
yang berkembang sebagai organisasi massa rakyat Indonesia yang pertama.
Organisasi ini bermula dari Sarekat dagang Islam yang didirikan di Solo oleh H
Samanhudi pada akhir tahun 1911. Setelah mengalami masa kejayaannya tahun 1916
sampai 1921, organisasi ini sedikit demi sedikit mengalami kemunduran, karena
adanya penetrasi dari kaum Marxis dan perpecahan organisasi akibat
perbedaan pandangan politik diantara pemimpin-pemimpin organisasi.
Sarekat
Dagang Islam mula-mula didirikan oleh kalangan pedagang batik di desa
Lawehan, Solo. Persaingan di bidang batik yang makin meningkat antara pedagang
pribumi dan pedagang Cina, dan sikap superioritas orang Cina terhadap orang
Indonesia setelah berhasilnya Revolusi Cina tahun 1911, mendorong
pedagang-pedagang batik pribumi menghimpun diri. Selain karena alasan diatas,
pedagang batik Solo juga merasakan tekanan dari bangsawan setempat. Atas
kepeloporan H Samanhudi, saudagar batik dari Lawehan, Solo, dan dukungan R.M.
Tirtoadisuryo,seorang wartawan yang pernah mendirikan Sarekat Dagang
Islamiyah di Jakerta (1909) dan di Bogor (1911), didirikanlah Sarekat Dagang
Islam.
Anggaran
dasar pertama tertanggal 11 November 1911 dirumuskan oleh R.M. Tirtiadisuryo.
Tujuan organisasi menurut anggaran dasar adalah; berikhtiar meningkatkan
persaudaraan diantara anggota, dan tolong menolong dikalangan kaum Muslimin;
berusaha meningkatkan derajat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta
kebebasan Negeri. Organisasi ini berhasil meluas sampai masyarakat bawah. Hal
ini membuat pihak pengusaha khawatir, lebih-lebih setelah kegiatan para
anggota di Solo meningkat tanpa dapat diawasi oleh pengurus setempat. Kerusuhan
meningkat dan perkelahian yang melibatkan orang Cina kerap terjadi. Pemogokan
dilancarkan oelh pekerja di perkebunan Krapyak di Mangkunegaran. Pihak penguasa
menganggap hal ini disebabkan oleh Sarekat Dagang Islam. Oleh sebab itu, pada
awal agustus 1912, residen Surakarta segera membekukan organisasi ini, SDI
dilarang menerima anggota baru dan mnegadakan rapat-rapat. Penggeledahan
terhadap tokoh-tokoh organisasi dilakukan, tetapi tidak menemukan bukti-bukti
bahwa Sdi memang berbahaya. Pada tanggal 26 Agustus 1912, pembekuan ini dicabut
dengan syarta bahwa anggaran dasar organisasi ini diubah, dan organisasi
ini terbatas di daerah Surakarta saja. Sekalipun demikian, tetapi anggota SDI
terus bertambah, tidak saja di Surakarta tetapi di daerah lain di Jawa.
Sementara
itu di lingkungan organisasi muncul pemimpin baru yakni H. Oemar Said (H.O.S.)
Tjokroaminoto. Tanpa memperhatikan persyaratan yang dituntu Residen,
Tjokroaminoto menyusun anggaran baru: organisasi ini dinyatakan meliputi
seluruh Indonesia, dan kata “dagang” dihapuskan. H. Samanhudi diangkat menjadi
ketua Sarekat Islam (SI), dan Tjokroaminoto Komisaris. Anggaran dasar
organisasi ini disahkan dengan akta di Surabaya pada tanggal 1912, dan segera
diajukan kepada pemerintah guna mendapatkan persetujuan.
Dilihat
dari anggaran dasar yang bar, SI bertujuan mengembangkan jiwa dagang, menberi
bantuan kepada anggita yang menderita kesukaran, memajukan perngajaran dan
memajukan semua yang dapat mengangkat derajat warga pribumi, menentang
pendapat-pendapat keliru tentang Islam. Tujuan politik tidak
disinggung-singgung dalam anggaran dasar ini. Akan tetapi dalam kenyataannya,
seluruh kegiatan SI tidak lain adalah daripada untuk mencapai suatu tujuan
kenegaraan. Keadilan dan kebenaran selalu diperjuangkan dengan gigih oleh
organisasi, misalnya terhadap praktik-praktik penindasan dari pemerintah. Dalam
kongresnya yang pertama pada bulan Januari 1913, Kegiatan SI bersifat
menyeluruh kepada segenap pelosok tanah air. Dalam kongres ditetapkan wilayah
SI dibagi tiga bagian, Wilayah Jawa Barat yakni Jawa Barat, Sumatra dan
pulau-pulau daerah Sumatra, wilayah jawa Tengah yang meliputi Jawa Tengah dan
Kalimantan, wilayah Jawa Timur yang meliputi Jawa Timur, Sulawesi, Bali,
Lombok, Sumbawa dan pulau-pulau lainnya di wilayah Indonesia Timur.
Cabang-cabang SI ini berada di bawah pengawasan SI pusat di Surakarta, yang
dikertuai oleh H. Samanhudi.
Pemerinatah
Hindia Belanda sangat berhati-hati menghadapi situasi yang demikian hidup dan
mengandung unsur-unsur Revolusioner ini. Pemerintah akhirnya menolak
memberikan pengakuan terhadap SI pusat, dan hanya memberikan pengakuan terhadap
SI lokal. Sampai tahun 1914 ada 56 SO lokal ayng diakui badan hukumnya.
Keputusan ini tentu saja mempengaruhi struktur organisasi SI. Struktur pusat
dan cabang yang ditetapkan dalam kongren tidak dapat diterapkan. Jalan keluar
dicari, persyaratan dari pemerintah dipenuhi, tetapi juaga dikembangkan kerja
sama antara SI lokal. Untuk itu, dalam suatu pertemuan di yogyakarta pada
tanggal 18 Februari 1914 diputuskan untuk membuat pengurus sentral.
Pada
tahun 1915 didirikanlah Central Sarekat Islam (CSI) berkedudukan di Surabaya,
yang tujuannya memajukan, membantu, dan memelihara kerja sama antara SI lokal.
Pengurus CSI terdiri atas H. Samanhudi sebagai ketua kehormatan, Tjokroaminoto
sebagai ketua, dan Gunawan sebagi wakil ketua. Semua SI lokal merupakan anggota
CSI. Pada tanggal 19 Maret 1916, CSI ini baru diakui pemerintah dengan syarat
wajib mengawasi tindakan-tindakan pengurus dan SI lokal. Snebtara itu, jumlah
anggota dan cabang SI terus berkembang dengan pesat, dan SI menjadi organisasi
massa yang pengaruhnya sangat terasa dalam kehidupan politik Indonesia. Pada
tahun 1916, cabang SI lokal di sleuruh Indonesia berjumlah 181 cabang,
dengan anggota seluruhnya 700.000 orang. Jumlah cabang yang mengikuti kongres
tahun ini sebanyak 75 cabang. Sebagai perbandingan, Budi Utomo di masa
kejayaannya tahun 1909 hanya memiliki anggota 10.000 orang.
Pada
periode stelah 1916, wawasan SI adalah wawasan nasional yang bertujuan
terbentuknya suatu bangsa. Inilah sebabnya sejak tahun 1916 ini kongres tahunan
SI disebut kongres Nasional. Dalam kongres Nasional SI pertama tahun 1916,
berhasil dirumuskan sifat politik SI, yang kemudian disahkan pada kongres
Nasional partai yang kedua tahun 1917. Isi pokok politik organisasi, antara
lain, mengharapkan hancurnya kapitalisme yang jahat dan memperjuangkan agar
rakyat pada akhirnya nanti dapat melaksanakan pemerintahan sendiri.
Sejalan
dengan perkembangan SI yang sangat pesat, orang-orang sosialis yang tergabung
dalam ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereneging) seperti Sneevliet, P.
Bergsma, H.W. Dekker berusaha memanfaatkan SI sebagai jembatan ISDV kepada
massa rakyat Indonesia. Dengan menggunakan taktik infiltrasi, orang-orang
sosialis ini berhasil menyusup ke tubuh SI, dan menyebarkan paham Marxis di
lingkungan anggota SI. Dalam satu tahun, Sneevliet dan kawan-kawannya telah
memiliki pengaruh yang cukuup kuat di kalangan anggota SI. Keadaan buruk akibat
perang Dunia I, panen padi yang jelelk, serta ketidakpuasan buruh perkebunan
terhadap upah ayng rendah merupakan isu-isu yang menguntungkan bagi
propaganda mereka. Selain itu, CSI sebagai koordinator SI lokal masih lemah dan
kondisi kepartaian pada waktu itu memungkinkan seseorang sekaligus menjadi
anggota beberapa partai. Ini semua memudahkan mereka melakukan Infiltrasi ke
tubuh SI. Banyak anggota SI yang ditarik menjadi anggota ISDV. BahkanSneevliat
berhasil menarik beberapa pemimpin muda SI menjadi pemimpin ISDV. Yang
terpenting adalah Semaun dan Darsono. Mereka berdua tahun 1916 menjadi SI
cabang Surabaya. Semaun kemudian pindah ke Semarang, dan menjadi pemimpin SI
Semarang, yang sebelumya memang telah menerima banyak pengaruh dari Sneevliet.
Semarang sendiri merupakan tempat pertama kali ISDV didirikan tahun1914. Dengan
usaha Semaun yang gigih, SI Semarang mengalami perkembangan peesat. Pada tahun
1916 anggotang sudah 1700 orang, dan tahun1917 berjumlah 20.000 orang.
Semaun,
Darsono dan kawan-kawannya, yang berorientasi Marxistis, senantiasa melancarkan
oposisi terhadap kepemimpinan Tjokroaminoto. SI Semarang tidak hanya menyerang
pemerintah dan kapitalis asing, tapi juga menyerang CSI. Hal ini menimbulkan
krisis kepemimpinan dalam organisasi SI. Sementara pertentangan antara
pendukung paham islam dan pendukung paham Marxis terus bergolak. CSI melihat
munculnya kesulitan-kesulitan dengan SI Semarang adalah akibat
keterlibatan ISDV. Oleh sebab itu, dalam kongres SI bulan Oktober 1917,
organisasi memutuskan segala hubungan organisasi dengan ISDV.
Pertentangan
tentang haluan politik partai telah muncul dalam kongres Nasional kedua tahun
1917. Ditegaskan dalam kongres bahwa tujuan perjuangan organisasi adalah
terwujudnya pemerintahan sendiri, dan menentang segala bentuk penghisapan oleh
kapitalis. Akan tetapi terdapat dua pendirian yang saling bertentangan. Abdul
Muis dan H. Agus Salim berpendirian bahwa untuk mencapai tujuan organisasi
perlu ditempuh dengan cara-cara yang legal. Sementara Semaun dan Darsono,
berpendirian bahwa apabila ingin mencapai apa yang dicita-citakan, organisasi
harus meninggalkan segala bentuk kerja sama dengan pemerintah. Dalam pembahasan
Volkskraad yang akan dibentuk pemerintah, pertentangan diantara kedua kubu
inipun terjadi. Abdul Muis menganggap Volkskraad sebagai langkah untuk
mendirikan dewan perwakilan yang sebenarnya, dan dengan ikut dalam volkskraad,
SI dapat membela kepentingan rakyat. Semaun berpendirian lain. Volkskraad
baginya hanyalah akal kaum kapitalis untuk mengelabui rakyat jelata guna
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Abdul Muis dan kawan kawan lebih
mendapat dukungan, dan diputuskan bahwa SI tetap bergerak melalui jalan
legal,dan ikut berpartisipasi dalam Volkskraad. SI kemudian ikut dalam
musyawarah Komite Nasional tahun 1917 tentang pemilihan anggota-anggota
Indonesia untuk Volkskraad yang akan dibentuk. H.O.S. Tjokroaminoto akhirnya
diangakat oleh pemerintah menjadi anggota Volkskraad setelah volkskraad
dibentuk tahun 1918. Sementara itu, abdul Muis menjadi anggota volkskraad yang
terpilih.
Pertentangan
antara kubu Abdul Muis dan Kubu Semaun ini terjadi dalam hal Indie Weerbar
Actie (aksi Ketahanan Hindia). Terjadi perbedaan yang tajam antara mereka,
tidak hanya pertikaian antara dua kubu, tetapi meluas sampai masalah-masalah
pribadi. Pertikakaian ini kmeudian diselesainkan secara resmi dalam kongres
Nasional SI di Surabaya pada tahun 1918 bulan Oktober dengan keduanya membatasi
setiap pertentangan yang muncul. Akan tetpai usaha tersebut juga tidak mampu
menjembatani kedua kubu ini.
H.O.S.
Tjokroaminoto dan Abdul Muis menjadikan Volkskraad sebagai forum untuk
mengemukakan tuntunan-tuntunan partai seperti yang diputuskan dalam kongres.
Keduanya bekerja sama dengan wakil-wakil lain yang sehaluan dalamm fraksi
Radicale Concentratie dengan maksud mempercepat realisasi badan perwakilan
sesungguhnya. Akan tetapi masalah pertisipasi partai di Volkskraad menghangat
kembali setelah penolakan dewan atas morsi partai unutk mengurangi luas tanah
yang dipergunakan untuk penanaman tembakau. Beberapa pemimpin SI yang pada
mulanya menyetujui partisipasi partai dalam volkskraad mulai mempersoalkan
perlu dan tidaknya partisipasi ini. Sosrodarsono, sekretaris CSI, menuntut agar
Tjokroaminoto dan Abdul Muis meninggalkan dewan. Sikap Si terhadap volkskraad
kemudian berubah sama sekali. H. Agus Salim yang semula sangat mendukung SI
dalam volkskraad mencap bahwa volkskraad tidak lebih dari “komedi kosong”,
demikian juga Indiee Weerbaar Actie. SI mulai bersikap lebih radikal. Jika pada
tahun 1915-1916an semboyan SI masih “kerjasama dengan pemerintah untuk
kepentingan Hindia”, pada tahun 1918 semboyan ini berubah menjadi menentang
pemerintah dan kapitalis yang jahat. Dalam Kongres Nasional di Surabaya tahun
1918, yang dihadiri oleh 87 SI lokal, pemerintah jajahan dikecam dengan hebat.
Pemerintah dituduh hanya melindungi kepentingan kapitalis tanpa menghiraukan
nasib rakyat kecil. Pegawai-pegawai pemerintah pribumi dicap sebagai alat
penyokong kapitalis. SI menuntut perbaikan syarat-syarat perburuhan, adanya
pemerintahan sendiri, adanya undang-undang kepemilikan, hak angket dan
interpelasi volkskraad, perwakilan yang seimbang, dsb.
Sejalan
dengan perubahan haluan politik SI ke arah non kooperasi, golongan marxis
mendapatkan jabatan di dalam tubuh CSI. Sehingga mereka memiliki pengaruh yang
semakin kuat. Pada kongres Nasional di Surabaya tahun 1918, Darsono, Prawoto
Sudibyo dan Semaun mendapatkan kursi di CSI yang baru. Walaupun H.O.S
tjokroaminoto dan abdul Muis masih menjabat sebagai presiden dan wakil
presiden. Kepengurusan dari kaum marxis tersebut merupakan sebuah kemajuan
besar bagi golongan itu. Pada Kongres Nasional SI tahun 1919 masalah kelas
sedang menghangat. Dalam kongres disusun serikat buruh dan dibentuk vaksentraal
buruh. Kemudian semuanya dibuktikan dengan berdirinya PPKB (Persatuan
Pergerakan Kaum Buruh) pada 15 Desember 1919.
Pemebentukan
serikat ini menimbulkan persaingan antara Abdul Muis, H. Agus Salim dan
kawan-kawan dengan Semaun, Darsono dan kawan-kawan. Kedua pihak menginginkan
menguasai PKBB tersebut. Suryopranoto sebagai wakil presiden PPKB ingin
memindahkan pusat PPKB dari Semarang ke Yogyakarta. Semaun menuduh hal ini
sebagai usaha untuk menghapuskan kaum komunis. Kedua belah pihak saling
mnegecam. Pada tahun 1921 bulan Juni Semaun menyatakan PKBB bubar dan diganti
dengan Revolutionare Vakcentrale, nama yang sebelumnya diusahakan oleh Komunis
saat penamaan PPKB. Pembubaran ini tidak diakui oleh Suryopranoto, dalam
rapat yang diadakan bulan Juli 1921 ditegaskan bahwa PPKB masih berlanjut.
Pada
tahun ini SI berada di puncak kejayaan. Dengan memiliki jutaan anggota. Namun
di tahun ini juga merupakan titik balik perkembangan SI. Pertentangan,
pertikaian, perbedaan ideologi menjadi corak yang dalam kubu SI kini.
Masalah-masalah tersebut membuat keretakan dalam hubungan organisasi. Dalam
kongres Istimewa bulan Maret tahun 1921 yang diselenggarakan di Yogyakarta
dilakukan penyusunan tafsir baru, antara lain mengenai kompromi antara kelompok
yang bertikai. Walaupun demikian, orang yang terpengaruh ISDV selalu menjadi
Oposisi kebijakan yang dilakukan oleh SI. Ini menimbulkan kebencian terhadap
kaum komunis yang mendorong SI untuk mengeluarkan golongan komunis dari tubuh
SI. Dalam kongres di Surabaya pada bulan Oktober tahun itu juga dibahas
mengenai disiplin partai. Diputuskan bahwa anggota SI dilarang untuk memiliki
organisasi ganda. Mereka harus memilih atau keluar dari SI. Beberapa SI lokal
menentangnya, seperti dari Salatiga, Semarang, Sukabumi dan Bandung. Akan
tetapi suara terbanyak menyetujui disiplin partai tersebut. Maka dari itu
anggota SI menyusut. Anggota yang terpengaruh ISDV keluar dari SI. Untuk
menggairahkan kembali organisasi, maka SI mulai bergerak ke arahh keagamaan.
Dibentuklah Komite Kongres Al Islam bersama dengan Muhammadiyah dengan mencoba
menyebarkan paham Pan Islamisme. Hubungan dengan gerakan islam di luar negri
segera diusahakan.
Kepercayaan
partai kepada pemerintah perlahan menurun, lalu lenyap dengan segera. Sehingga
organisasi benar-benar bersifat non kooperatif. Penahanan Tjokroaminoto oleh
pemerintah selama kurang lebih tujuh bulan dari 1921-1922 karena tuduhan keterlibatan
dengan gerakan SI afdeeling B di Jabar, menghilangkan kesediaan partai untuk
patuh pada pemerintah.
Dikalangan
SI muncul gagasan untuk melakukan reorganisasi. Susunan organisasi lama
dianggap sudah tidak cocok. Juga dapat membahayakan kepemimpinan organisasi. SI
lokal dapat bergerak lebih bebas dibandingkan CSI yang bertanggung jawab atas
tindakan SI lokal. Maka dalam kongres ketujuh bulan Februari 1923 dibahas
kemungkinan SI untuk mundur dari volkskraad. Dalam kongres ini pula diputuskan
akan adanya reorganisasi. SI akhirnya diubah menjadi Partai Sarekat Islam.
Sumber:
Ensiklopedi Nasional Indonesia.
One Response so far
tamtamcomputer says:
Nice POS... i like this
Link ke posting ini
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Followers
Visitors
My Accounts
- Just
image
- Picture
: Bromo #2
- Picture
: Bromo #1
- Anak-Anak
Petani
- Wow...
- For
Foranza
- Touch
Sky Sky
- Sepertinya
Sudah Malam
- Menghanyutkan
Pornografi Dengan Islam
- Sebuah
Pengakuan
Blog Archive
- ▼ 2012
(20)
- ► Desember
(1)
- ► November
(2)
- ► September
(4)
- ► Juli (3)
- ► Juni (1)
- ► April (1)
- ▼ Maret (5)
- Perhimpunan
Indonesia yang Nasionalisme
- Sarekat
Islam dalam Mempertahankan dan Memperjuang...
- Sosialis
ISDV yang melahirkan PKI
- Musik
Klasik IV
- Musik
Klasik III
- ► Februari
(2)
- ► Januari
(1)
About Me
Galang Ginanjar
Contact us if you have any question or
anything else
VIVACIOUSKY ©
2011 DheTemplate.com. Supported by Tips for Life and Blogging TipsDesign Downloaded from Free Blogger Templates | free website templates | Free Web Icons